Cerita Rakyat Indonesia #89: Petani Penjual Kucing

Cerita rakyat yang saya posting hari ini mengisahkan tentang seorang petani miskin. Namun, berkat kebaikan hati dan kejeliannya melihat peluang, ia mendapatkan uang lebih dari yang dibutuhkan, sehingga ia pun menjadi kaya raya. Beberapa orang di kampungnya pun mengikutinya. Bagaimana kisah selengkapnya dari cerita rakyat berjudul Petani Penjual Kucing? Yuk baca sama-sama...

***

Alkisah, ada seorang petani yang miskin namun rajin dan suka bekerja keras. Namanya Abdulah. Tanahnya hanya sepetak padahal ia harus menghidup istri dan anak-anaknya. Itu tak cukup. Karena itu ia berencana ke Jawa untuk mengadu nasib. Istrinya setuju dan mendukung hal itu.

Ketika berangkat ke Jawa, ia hanya membawa uang sepuluh gobang (1 gobang = 2,5 sen). Sepuluh gobang adalah uang yang hanya pas untuk ongkos berlayar ke Pulau Jawa.

Di tengah jalan, ia bertemu dengan perempuan yang nampak miskin sedang menggendong anaknya yang tampak pucat kelaparan. Di tangannya, ia tampak menjinjing keranjang berisi 3 ekor kucing. Perempuan itu mendatanginya dan meminta Abdulah membeli, kucing-kucingnya. Abdulah berpikir, jika ia tak menolong, mungkin saja mereka bisa mati kelaparan. Maka ibalah hatinya. Perempuan itu menawarkan 5 gobang untuk 3 kucing. Namun, uang Abdulah sangatlah sedikit. Ia hanya mampu membayar dengan 3 gobang saja. Perempuan itu ternyata setuju.

Sesampai di pelabuhan, Abdulah memilih naik perahu layar yang biayanya lebih murah. Namun, ternyata perjalanan harus ditempuh dengan banyak kesulitan karena angin berhembus sangat besar dan kencang. Juru mudi tak mampu mengendalikan perahunya, maka perahu pun terombang-ambing dibawa oleh laju angin.

Rupanya angin tidak membawa mereka ke Jawa tapi ke arah lain. Sebuah pulau yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, bernama Pulau Tikus. Dinamai demikian karena banyak sekali tikus-tikus berkeliaran di pulau itu. Semua penduduk sudah merasa kewalahan menumpasnya, tapi tikus-tikus itu tak kunjung habis dan malah seakan tambah banyak. Padi di lumbung atau di sawah, juga persediaan makanan penduduk, semua disikat habis oleh tikus-tikus itu.

Melihat keadaan itu, Abdullah jadi teringat pada kucing-kucingnya. Ia lalu menunjukkan dan menerangkan pada penduduk pulau itu bahwa binatang yang dibawanya itu bisa membasmi dan memburu tikus. Penduduk pun lalu membawa Abdullah pada Kepala Pulau setempat.

"Benarkah binatangmu itu dapat membasmi tikus?” tanya kepala Pulau "Kalau benar aku akan berani beli bintang itu lima dinar per ekor.”

"Kalau begitu, lihat saja dulu binatang itu. Kalau tertarik silahkan ambil semuanya. Saya memiliki 3 ekor,” kata Abdullah.

Abdullah lalu mengeluarkan seekor kucing dalam karungnya. Lama tak diberi makan, tentu saja kucing itu merasa sangat lapar. Begitu dilihatnya ada tikus berkeliaran di depan matanya, langsung saja dikejarnya dengan ganas. Setelah tertangkap langsung dicabik-cabik tikus itu. Setelah makan satu ekor, si kucing lari mengejar tikus lainnya dan seterusnya.

Kepala pulau sangat puas menyaksikan itu. Dan akhirnya Abdullah pun mendapat 15 dinar (dinar = mata uang emas).

Abdullah girang hatinya. Lalu ia membatalkan niatnya untuk ke pulau jawa dan akhirnya dia pulang kembali ke Madura.

Sesampainya di Madura, uang itu dibelikan tanah yang lebih luas dan dia kerjakan sendiri tanah itu. Sampai akhirnya ia menjadi cukup berada.

Abdullah tak segan menceritakan keberuntungannya pada siapa saja yang bertanya padanya. Rupanya ada 3 orang penduduk desa yang ingin mengadu nasib. Mereka bermaksud mengikuti jejak seperti Abdullah. Mereka sudah berketetapan hati untuk menjual kucing-kucing ke pulau tikus. Seluruh hartanya mereka jual dan dibelikannya kucing-kucing yang banyak. Setelah siap mereka menyewa perahu ke pulau tikus itu.

Namun ternyata sekarang tikus-tikus di pulau itu sudah musnah. Setelah 3 ekor kucing Abdullah itu memakan tikus-tikus di pulau itu, mereka kenyang dan bertambah besar, lalu beranak pinak. Keturunannya juga memakan tikus-tikus lain yang masih tersisa. Sampai akhirnya tikus-tikus di sana habis semuanya.

Mereka kecewa dan sedih hatinya. Semua usaha yang dilakukannya selama ini ternyata tak ada gunanya sama sekali. Mereka lalu pulang kembali ke Madura dengan perasaan malu.

***

Bagaimana bagus tidak cerita rakyat ini? Pesan yang bisa ditarik dari cerita ini adalah jangan gampang mengikuti jejak kesuksesan orang lain. Belum tentu jalan yang ditempuh oleh seseorang bisa berhasil pula untuk kita. Semoga bermanfaat.
0 Komentar untuk "Cerita Rakyat Indonesia #89: Petani Penjual Kucing"

Back To Top