Cerita Rakyat Indonesia #104: Papuq Mame dan Papuq Kine

Dulu sekali, tampaknya saya pernah membaca cerita rakyat Indonesia Papuq Mame dan Papuq Kine. Sayangnya, saya lupa, pernah membaca di mana dan kapan. Cerita rakyat asal Lombok berkisah sepasang sandal, suami-istri, yang tidak puas akan dirinya. Mereka selalu menginginkan lebih, lebih dan lebih. Namun, sayang, keserakahan menjadi bumerang bagi mereka sendiri. Apa yang terjadi? Silakan baca dalam cerita rakyat Indonesia Papuq Mame dan Papuq Kine.

Cerita Rakyat Papuq Mame dan Papuq Kine


Dikisahkan, di daerah Lombok, pernah hidup seorang raja yang memiliki lelampak (dalam bahasa Lombok disebut sandal) kulit kerbau kesayangan bernama Papuq Mame dan Papuq Kine – mereka ini sepasang suami-istri. Karena, ini cerita dongeng, maka tidak jadi persoalan apabila sepasang lelampak ini dapat berbicara.

Hampir setiap malam belakangan ini, Papuq Mame dan Papuq Kine selalu terlibat pembicaraan yang seru. Pembicaraan itu tentang ketidak-inginan mereka untuk menjadi sandal, karena hanya alas kaki sang raja. Lebih-lebih belakangan ini, saat musim penghujan, di mana raja sering mengenakan Papuq Mame dan Papuq Kine karena lebih enak dikenakan di tanah basah. Secara otomatis, tubuh keduanya penuh dengan lumpur.

“Hei, Papuq Kine,” panggil Papuq Mame kepada istrinya.

“Ya.”

“Sepertinya aku tidak bisa hidup sebagai sandal terus. Aku, lebih tepatnya kita, harusnya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat ketimbang menjadi alas kaki oleh raja. Bagaimana menurutmu?”

“Ya, memang rasa-rasanya tidak enak seperti itu. Aku menurut saja ingin jadi apa,” jawab Papuq Kine.

Keduanya, segera berdoa kepada Tuhan. Atas berkah-Nya, jadilah mereka sepasang kucing. Yang tugasnya menangkap tikus-tikus yang berkeliaran di kerajaan. Hal ini tentu membuat mereka merasa jumawa, karena ada tikus yang bisa mereka makan. Tapi, ketika raja membawa anjing, yang digunakan untuk berburu, ke dalam kerajaan, keinginan mereka untuk menjadi sesuatu yang lain, dalam hal ini anjing, muncul kembali.

Mereka pun berdoa lagi kepada Tuhan supaya menjadi anjing. Pada awalnya, mereka senang menjadi anjing. Tapi lagi-lagi kedua jelmaan ini tak menerima keadaan mereka yang telah menjadi anjing. Keduanya merasa kebebasan mereka terganggu serta banyak yang memusuhi mereka sebab kepintaran dan kelincahan mereka.

Kemudian, mereka pun berdoa untuk dijadikan raja dan ratu. Keinginan mereka pun tercapai mereka menjadi sepasang raja dan ratu. Kerajaan mereka cukup megah dan mulai banyak pengikutnya. Keadaaan ini lalu sampai ke telinga sang raja yang merupakan majikannya dulu. Lalu tanpa berpikir lagi, sang raja menyuruh pasukannya untuk menyerang kerajaan yang baru saja dibangun oleh sepasang jelmaan itu. Karena kerajaan mereka masih baru, pasukan mereka tak sebanding dengan raja. Akhirnya habislah kerajaan mereka.

Kedua lelampak yang telah menjadi manusia ini pun sakit hati atas kekalahan mereka. Papuq Kine lalu menyarankan agar mereka kembali ke kerajaan dan menjadi abdi di sana. Tapi keegoisan Papuq Mame membuat Papuq Kine tak bisa melakukan apa-apa. Papuq Mame mendorong Papuq Kine untuk menyetujui usulnya untuk yang kesekian kalinya.

Akhirnya, doa pun dipanjatkan. Papuq Kine bermunajat kepada Tuhan supaya dijadikan Tuhan. Seselesainya, mereka berdoa, Papuq Mame dan Papuq Kine berubah kembali menjadi sandal.

Baca lainnya dari kumpulan cerita rakyat Indonesia.
Tag : Lombok
0 Komentar untuk "Cerita Rakyat Indonesia #104: Papuq Mame dan Papuq Kine"

Back To Top