Seri Dongeng Dunia (Myanmar) – Aung dan Empat Boneka Ajaib (Bagian I)

Halo teman-teman, mulai hari Rabu tanggal 28 November 2018 ini, setiap hari Rabu, saya akan memposting cerita anak lagi – dongeng, fabel, cerita rakyat, dll. Kali ini dongeng dunia yang saya bagikan berasal dari Myanmar. Saya memberinya judul “Aung dan Empat Boneka Ajaib”. Karena ceritanya panjang, saya pecah menjadi beberapa bagian. Untuk bagian pertamanya, saya posting hari ini.

Oiya sebelumnya, saya kembali mengingatkan teman-teman untuk mensubscribe / memfollow blog ini melalui Twitter, Facebook, Instagram, dan Youtube, agar teman-teman lebih cepat mendapatkan informasi postingan terbaru dari blog 365 Cerita Rakyat Indonesia - Tiada Hari Tanpa Bercerita.

(Baca: Si Kadal dan Si Burung)

"Ayah," kata seorang pemuda bernama Aung, "Tolong beri saya restu. Saya ingin pergi merantau."

Pyaye Phyo, ayahnya Aung, terkejut mendengar perkataan Aung. Dia berhenti mengerjakan patung pesanan saudagar kaya dari kampung seberang, lalu menoleh ke arah putranya, Aung.

"Kamu mau kerja, Nak? Kemana?" begitu Pyaye Phyo bertanya.

"Kemanapun. Aku ingin berkelana, mendapatkan pengalaman hidupku sendiri, Yah," Aung menjawab penuh semangat.

Pyaye Phyo mengembuskan napas cepat. Dia tahu, jika dia mengizinkan Aung, maka takkan ada orang lain yang akan meneruskan pekerjaannya sebagai pematung. Sejak ibu Aung meninggal ketika melahirkan Aung, dia tak pernah menikah lagi. Aung menjadi satu-satunya harapan, pekerjaannya sebagai pematung terwariskan. "Apa kamu tidak ingin meneruskan pekerjaanku? Pekerjaan sebagai pematung merupakan pekerjaan yang dihormati."

Aung menggeleng. "Maaf, Ayah, aku tak bisa. Aku tak memiliki hasrat menjadi pematung. Maafkan aku."

(Baca: Kancil dan Siput)

Pyaye Phyo memahami kondisi itu, lalu masuk ke dalam kamar. Ketika keluar, dia membawa empat boneka buatannya yang paling berharga seperti dalam cerita dongeng anak dunia terbaru bergambar.

"Baiklah, jika itu maumu, aku tak bisa melarangnya," kata Pyaye Phyo, "Tapi bawalah keempat boneka buatanku ini."

Pyaye Phyo menyerahkan keempat boneka miliknya - Raja Dewa, Raksasa Hijau, Peramal, dan Pertapa Suci. Masing-masing memiliki kelebihan. Raja Dewa memiliki kebijaksanaan, Raksasa Hijau memiliki kekuatan, Peramal memiliki pengetahuan, dan Pertapa Suci memiliki kebaikan.

"Kamu bisa bertanya banyak hal kepada empat boneka ini, tapi kamu harus ingat kalau kekuatan dan pengetahuan didasari kebijaksanaan dan kebaikan," pesan Pyaye Phyo kepada Aung. Yang diberi pesan, Aung, hanya manggut-manggut sekalian berjanji akan mengingat pesan sang ayah.

(Baca: Hansel dan Gretel)

Singkat cerita, dalam cerita dongeng anak dunia bergambar dikisahkan kalau langit telah gelap. Matahari telah digantikan bintang-bintang yang berkerlap-kerlip seperti kunang-kunang.

Aung menghangatkan tubuhnya di depan api unggun buatannya. Raut wajah sang ayah melintas di benaknya. "Sampai jumpa, Aung," kata Pyaye Phyo memeluk Aung, sesaat sebelum Aung pergi meninggalkan rumah, "Jika kamu sukses, jangan lupakan aku ya!"

Aung menepis lamunan itu. Tak ada yang perlu ditangisi. Tak ada yang perlu disesalkan. Dia merasa bahwa waktunya sudah tiba. Waktu dirinya harus meninggalkan rumah, berpetualang menemukan jati diri dan pengalamannya sendiri. Untuk itu, dia harus menguatkan diri.

Sejak meninggalkan rumahnya siang tadi sampai sekarang Aung belum tidur sama sekali. Tubuh biologisnya telah kelelahan. Dia harus tidur.

Aung mengambil salah satu boneka pemberian ayahnya, yaitu boneka Raja Dewa. "Hai teman kecil, menurutmu, dimanakan tempat aman sekitar sini untuk kutiduri?" tanyanya.

Boneka Raja Dewa mendadak bergerak-gerak, hidup. Aung terkesiap menyaksikan pemandangan yang baru pertama kali disaksikannya.

"Tidak ada jawaban bagi seseorang yang telah beranjak dewasa. Yang ada hanyalah keputusan yang harus diambil," sahut boneka Raja Dewa, "Kamu harus memutuskan semuanya setelah memperhatikan sekelilingmu secara seksama. Itulah kebijaksanaan dasar. Bila kamu tidak memahaminya, maka keputusanmu bisa merugikan dirimu sendiri. Berhati-hatilah kawan."

(Baca: Si Kabayan Dicukur)

Aung pun mengikuti petunjuk boneka Raja Dewa. Dia memendarkan pandangan secara seksama ke seluruh penjuru.

Tampaknya Aung menemukan sesuatu di tanah dekat pohon. Sebuah jejak. Dia mengetahui itu adalah jejak macan hutan. Dia mengangguk. Sepertinya mulai mengerti apa yang dikatakan boneka Raja Dewa padanya tadi.

Dari dalam tas kecilnya, Aung mengeluarkan tali lalu memanjat ke atas pohon dengan hati-hati. Dia memilih salah satu ranting pohon yang ukurannya besar dan kokoh untuk digunakannya sebagai alas tidur.

Ketika menemukan apa yang dicarinya, dia segera merebahkan tubuhnya dan mengikat dirinya dengan ranting supaya tidak jatuh.

Apa yang dilakukan Aung sungguh benar. Karena, tak lama setelah dia mengikatkan dirinya, seekor macan hutan muncul. Berkeliaran di bawah sekitar pohon yang dipakai Aung untuk tidur. Aung mengelus dada, berterima kasih pada Tuhan yang memberinya petunjuk melalui boneka Raja Dewa. Sehingga dirinya berhasil terselamatkan.

Cerita dongeng dunia dari Myanmar ini bersambung ke Aung dan Empat Boneka Ajaib (Bagian II).
Tag : Dongeng
0 Komentar untuk "Seri Dongeng Dunia (Myanmar) – Aung dan Empat Boneka Ajaib (Bagian I)"

Back To Top