Di Jepang, dulu pernah ada seorang wanita, istri seorang pedagang kaya. Menurut cerita rakyat Jepang yang disampaikan secara turun temurun, karena sang istri selalu memperoleh apa yang dimauinya, dia tak pernah merasakan susah. Sehingga, dia bersikap semau gue karena dimanja. Bahkan, dia begitu enggan untuk menggerakkan tubuhnya membuang tusuk gigi yang telah dipakainya. Sang suami, yang bekerja sebagai pedagang, terlalu sibuk mengurus pekerjaannya. Dan, tak sempat mendidik istrinya. Walau begitu dia tak pernah meninggalkan istrinya barang semalam.
Namun, sebagai pedagang, dia bisa saja meninggalkan istrinya berhari-hari untuk keperluan pekerjaannya itu. Dan, begitulah yang terjadi. Sang pedagang memutuskan untuk pergi mengurus pekerjaannya sendiri karena anak buahnya yang tak becus melakukan kesalahan. Sehingga, dia dikomplain kliennya. Mau tak mau, si istri merelakan suaminya pergi dari sisinya.
Di malam pertama, dia ditinggal suaminya, si istri sulit sekali memejamkan mata. Dia gelisah karena baru kali pertama ditinggal suami sendirian. Di saat bersamaan, muncullah sekawanan manusia kerdil di dalam kamarnya. Manusia kerdil ini memiliki wajah yang menyeramkan. Mereka berpakaian sama seperti suaminya dan membawa sebilah pedang sepanjang lima sentimeter. Lucunya, para manusia kerdil ini hanya menari-nari mengelilinginya, sambil mengatakan, "Kami chin chin kobakama. Kami chin chin kobakama. Malam sudah larut, tidurlah tuan putri." Hal itu membuat si istri tak bisa tidur semalaman. Baru ketika menjelang pagi, dia bisa tertidur. Itu juga karena manusia kerdil itu telah menghilang.
Kejadian ini rupanya tak cuma sekali dialaminya. Sepanjang suaminya pergi, para manusia kerdil ini selalu datang, menari-nari, dan meneriakkan kalimat yang sama berulang-ulang. Dia tak menceritakannya kepada siapapun, termasuk para pelayannya. Dia takut ditertawakan. Baru setelah suaminya pulang, dia menceritakannya. Itu pun setelah dipaksa cerita.
"Kok kamu belum tidur sayang?" tanya si pedagang melihat istri tercinta belum tidur.
"Aku nggak bisa tidur," sahutnya.
"Kenapa? Apa penyebabnya?"
"Tidak ah. Kamu pasti menertawakan ceritaku."
"Oh, ayolah, aku nggak akan tertawa. Apa ceritamu sejenis cerita lucu?"
Istri menggeleng, lalu menatap suaminya. Mulanya, si istri ragu-ragu, tapi akhirnya dia memutuskan untuk menceritakannya. "Tapi, berjanjilah tidak menertawakannya."
"Ya, aku berjanji."
"Gini, setiap malam, saat kau pergi, ada sekawanan manusia kerdil masuk ke kamar ini. Mereka menggodaku dan meneriakkan, 'Kami chin chin kobakama. Kami chin chin kobakawa. Malam sudah larut, tuan putri tidurlah.' Begitulah, aku tidak tertidur sampai pagi menjelang."
Si suami tidak tertawa mendengar cerita istrinya. Yang terjadi justru, dia menyimak dengan seksama. "Jangan khawatir sayang, aku akan memberi mereka pelajaran."
*
Malam berikutnya, si pedagang pura-pura pergi lagi untuk memancing chin chin kobakama keluar. Dan, benar saja, mereka pun datang lagi pada malam hari. Si pedagang kemudian mengintip dari luar. Bukannya emosi, si pedagang justru tersenyum. Lalu, dia masuk kamarnya dan mengusir kawanan manusia kerdil itu. Dalam sekejap, mereka langsung menghilang. Yang tersisa hanyalah pedang yang tak lain adalah tusuk gigi bekas yang belum dibuang oleh si istri.
Si pedagang pun menunjukkan tusuk gigi itu pada istrinya. "Mungkin gara-gara kamu malas membersihkan semua ini. Manusia kerdil itu datang untuk menggodamu."
Cerita ini begitu populer sebagai kumpulan cerita rakyat Jepang untuk membuat orang-orang sadar akan kebersihan.[]
Namun, sebagai pedagang, dia bisa saja meninggalkan istrinya berhari-hari untuk keperluan pekerjaannya itu. Dan, begitulah yang terjadi. Sang pedagang memutuskan untuk pergi mengurus pekerjaannya sendiri karena anak buahnya yang tak becus melakukan kesalahan. Sehingga, dia dikomplain kliennya. Mau tak mau, si istri merelakan suaminya pergi dari sisinya.
Di malam pertama, dia ditinggal suaminya, si istri sulit sekali memejamkan mata. Dia gelisah karena baru kali pertama ditinggal suami sendirian. Di saat bersamaan, muncullah sekawanan manusia kerdil di dalam kamarnya. Manusia kerdil ini memiliki wajah yang menyeramkan. Mereka berpakaian sama seperti suaminya dan membawa sebilah pedang sepanjang lima sentimeter. Lucunya, para manusia kerdil ini hanya menari-nari mengelilinginya, sambil mengatakan, "Kami chin chin kobakama. Kami chin chin kobakama. Malam sudah larut, tidurlah tuan putri." Hal itu membuat si istri tak bisa tidur semalaman. Baru ketika menjelang pagi, dia bisa tertidur. Itu juga karena manusia kerdil itu telah menghilang.
Kejadian ini rupanya tak cuma sekali dialaminya. Sepanjang suaminya pergi, para manusia kerdil ini selalu datang, menari-nari, dan meneriakkan kalimat yang sama berulang-ulang. Dia tak menceritakannya kepada siapapun, termasuk para pelayannya. Dia takut ditertawakan. Baru setelah suaminya pulang, dia menceritakannya. Itu pun setelah dipaksa cerita.
"Kok kamu belum tidur sayang?" tanya si pedagang melihat istri tercinta belum tidur.
"Aku nggak bisa tidur," sahutnya.
"Kenapa? Apa penyebabnya?"
"Tidak ah. Kamu pasti menertawakan ceritaku."
"Oh, ayolah, aku nggak akan tertawa. Apa ceritamu sejenis cerita lucu?"
Istri menggeleng, lalu menatap suaminya. Mulanya, si istri ragu-ragu, tapi akhirnya dia memutuskan untuk menceritakannya. "Tapi, berjanjilah tidak menertawakannya."
"Ya, aku berjanji."
"Gini, setiap malam, saat kau pergi, ada sekawanan manusia kerdil masuk ke kamar ini. Mereka menggodaku dan meneriakkan, 'Kami chin chin kobakama. Kami chin chin kobakawa. Malam sudah larut, tuan putri tidurlah.' Begitulah, aku tidak tertidur sampai pagi menjelang."
Si suami tidak tertawa mendengar cerita istrinya. Yang terjadi justru, dia menyimak dengan seksama. "Jangan khawatir sayang, aku akan memberi mereka pelajaran."
*
Malam berikutnya, si pedagang pura-pura pergi lagi untuk memancing chin chin kobakama keluar. Dan, benar saja, mereka pun datang lagi pada malam hari. Si pedagang kemudian mengintip dari luar. Bukannya emosi, si pedagang justru tersenyum. Lalu, dia masuk kamarnya dan mengusir kawanan manusia kerdil itu. Dalam sekejap, mereka langsung menghilang. Yang tersisa hanyalah pedang yang tak lain adalah tusuk gigi bekas yang belum dibuang oleh si istri.
Si pedagang pun menunjukkan tusuk gigi itu pada istrinya. "Mungkin gara-gara kamu malas membersihkan semua ini. Manusia kerdil itu datang untuk menggodamu."
Cerita ini begitu populer sebagai kumpulan cerita rakyat Jepang untuk membuat orang-orang sadar akan kebersihan.[]
Tag :
Cerita Rakyat,
Jepang
0 Komentar untuk "Cerita Rakyat Jepang: Chin Chin Kobakama"