Cerita Rakyat Indonesia #71: Legenda Pohon Beringin

Tersebutlah seorang raja Jawa yang amat sakti. Ia ditakuti musuh-musuhnya karena kesaktiannya. Ia mempunyai seorang permaisuri dan beberapa selir. Dari permaisurinya lahir seorang putra bernama Pangeran Jamojaya. Dari selirnya yang paling cantik, Dewi Andana, lahir seorang putra bernama Raden Samijaya.

Kecintaan Sang Raja kepada Dewi Andana, melebihi kecintaannya kepada permaisuri. Segala yang diminta oleh selir cantik itu, pasti dipenuhi. Namun demikian, Dewi Andana tidak pernah merasa puas. Ia selalu memikirkan masa depan putra satu-satunya. Ia ingin agar putra mahkota diwariskan kepada Raden Samijaya, bukan kepada Pangeran Jamojaya.

"Maaf, Baginda!" kata Dewi Andana kepada Raja. Wajahnya sedih dan pucat karena sepanjang malam tidak bisa tidur. "Ada yang hamba sampaikan kepada Baginda."

"Katakanlah, apa lagi yang kau minta, sayang!" jawab Raja.

"Hamba sudah mendapatkan banyak hadiah perhiasan dari Baginda, tetapi ada satu hal yang mengganggu pikiran hamba."

"Pikiran apa yang mengganggumu?"

"Mengenai masa depan kerajaan."

"Maksudmu?"

"Maafkan, kalau hamba terlalu lancang. Maksud hamba, apabila Baginda nanti wafat, hamba menginginkan Raden Samijayalah yang naik tahta."

"Jangan Dewi!" seru Raja agak terkejut. "Sudah menjadi tradisi, putra mahkotalah yang akan mewarisi tahta kerajaan. Pangeran Jamojaya sangat dicintai rakyat, ia ramah dan cakap."

Dewi Andana yang sangat cantik itu menangis. Ia berkali-kali merajuk suaminya, tetapi sang Raja bergeming. Lambat-laun Baginda Raja yang amat sayang kepada putra mahkota, menjadi bimbang. Siang dan malam gelisah, memikirkan keadaan yang amat sulit itu. Ditambah lagi memikirkan Dewi Andana yang sangat disayangi. Dari hari ke hari, kesehatan selir itu menurun. Ia tidak mau makan sejak permintaannya ditolak.

Suatu hari ketika Raja berkunjung ke rumah Dewi Andana, selir yang cantik itu merajuk lagi. "Baginda, junjunganku!" katanya. "Apabila Pangeran Jamojaya naik tahta, kerajaan Baginda akan kacau-balau. Selir-selir akan dibunuh dan Baginda Raja tidak akan bertemu lagi dengan hamba."

Air mata Dewi Andana bercucuran di pangkuan Raja. Raja yang sangat tergila-gila akan kecantikan selirnya itu mengelus-elus rambut kekasihnya. "Baiklah, sayangku!" sabda Raja. "Akan kucari akal bagaimana mengatasi keadaan sulit ini."

Beberapa hari kemudian Raja yang disegani itu mengambil tindakan yang mengejutkan. Beliau mengusir Pangeran Jamojaya. Putra yang sudah dipersiapkan untuk menggantikan ayahnya itu, tidak bisa berbuat apa-apa. Ia berusaha menentang kehendak ayahnya, tetapi Baginda Raja tambah murka. Demi kepuasan ayahnya dan ketenangan kerajaan, ia pun berangkat meninggalkan istana.

Tak ada yang mengiringi perjalanan Pangeran Jamojaya, kecuali sang istri Dewi Kusumasari. Istri yang setia itu tidak mau dipisahkan. Tujuannya tak lain, menuju hutan yang sepi. Dalam perjalanan yang melelahkan itu Pangeran Jamojaya tak henti-hentinya memikirkan ayahnya. Ia tahu, bahwa pengusiran itu terjadi karena desakan Dewi Andana. Sang ayah yang amat silau akan kecantikan Dewi Andana, akhirnya tunduk terhadap keinginan selir itu.

"Beristirahatlah di sini, Kanda!" kata Dewi Kusumasari setelah melihat suaminya kelelahan. Perjalanan menjelajah hutan itu sudah berlangsung beberapa hari. Malam tidur di bawah pohon, siang melanjutkan perjalanan. Mereka berdua hanya makan buah-buahan. Dewi Kusumasari heran melihat keadaan suaminya yang cepat lelah, padahal sehari-hari putra mahkota yang penyabar itu segar bugar.

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Putra mahkota yang dicintai rakyatnya itu tidak dapat bertahan. Ia pun mangkat di haribaan istrinya. Sang istri menangis sejadi-jadinya. Berkali-kali ia mohon kepada Yang Maha Kuasa, agar roh suaminya mendapatkan tempat yang layak, dan ia sendiri mendapat kekuatan batin dan ketenangan.

"Tenanglah, Anakku!" Tiba-tiba terdengar suara dari angkasa. "Aku Dewa Kamajaya telah mendengar permintaanmu dan mengetahui segala kejadian di istana. Sebelum meninggalkan istana, suamimu diracun oleh Dewi Andana agar mati perlahan-lahan. Selir yang cantik itu takut kalau-kalau Pangeran Jamojaya kembali lagi ke istana. Kamu tak perlu membalas dendam. Roh suamimu yang tidak berdosa itu akan mendapatkan tempat yang terhormat."

Tiba-tiba secara gaib, jazad Pangeran Jamojaya tegak berdiri, lalu mengangkat kedua tangannya, seperti hendak terbang. Tak lama kemudian perlahan-lahan tubuh yang tak bernyawa itu berubah menjadi pohon yang makin lama makin besar. Kedua tangannya tumbuh menjadi cabang-cabang dan ranting-ranting yang berdaun lebat. Rambutnya yang terurai berubah menjadi akar gantung. Kakinya yang tembus ke tanah, berubah menjadi akar yang kokoh. Nah, itulah pohon beringin!

Melihat keajaiban itu, Dewi Kusumasari berhenti menangis. Ia yakin pohon besar itu jelmaan suaminya. Ia lalu memeluk pohon itu sepuas-puasnya. Badannya melengket, kemudian mengeluarkan air yang jernih. Air itulah yang menjadi mata air.

Bagaimana keadaan di ibukota kerajaan? Mendengar tindakan raja yang mengusir putra mahkota, rakyat memberontak. Rakyat menolak Raden Samijaya naik tahta. Rakyat menghendaki agar putra mahkota kembali ke istana dan segera dilantik menjadi raja. Rakyat yang marah itu juga menghendaki agar Dewi Andana diusir dari istana.

Raden Samijajaya, putra Dewi Andana sangat malu. Ia sebetulnya tidak ingin menjadi raja. Keinginannya sama dengan rakyat, yakni agar Pangeran Jamojaya yang naik tahta. Oleh karena itu secara diam-diam ia meninggalkan istana. Ia mengembara di hutan, mencari kakak yang dicintainya. Ia menanyakan keadaan kakaknya kepada bukit, jurang, burung, dan kepada pohon-pohon. Ia tidak mau kembali ke istana sebelum menemukan kakaknya.

Dewa Kamajaya yang kasihan melihat laki-laki pengembara itu, lalu mengubahnya menjadi burung. Burung itulah yang selalu hinggap di pohon beringin. "Kakak, kakak!" demikian bunyi burung itu setiap hinggap di pohon beringin.

"Ya, akulah kakakmu!" jawab Beringin.

"Itulah kakakmu!" sahut Mata Air.

***

Demikianlah riwayat pohon beringin itu. Pohon yang besar, bermata air dan selalu dikunjungi burung-burung itu, dipercaya sebagai penjelmaan roh putra mahkota. Itulah sebabnya pohon beringin itu ditanam di tempat-tempat yang terhormat dan dikeramatkan sampai sekarang.
2 Komentar untuk "Cerita Rakyat Indonesia #71: Legenda Pohon Beringin"

waaah gilaak bagus nih ceritanya... terimakasih sudah berbagi ceritanya...

Bagus ceritanya, aduh kemana aja saya? kok baru tau ada cerita ini

Back To Top