Sulawesi Tengah yang memiliki ibukota Palu ternyata mempunyai cerita rakyat yang mirip dengan khazanah cerita rakyat luar negeri. Yang dimaksud di sini adakah cerita rakyat Sulawesi Tengah yang berjudul Cermin Ajaib. Cerita rakyat Sulawesi Tengah ini berkisah mengenai keajaiban sebuah cermin yang dapat melihat sifat jujur seseorang. Cerita ini mirip dengan dongeng Putri Salju (Snow White) dan memberikan gambaran kepada kita keragaman budaya Indonesia di jagat kesusasteraan. Penasaran dengan cerita rakyat Sulawesi Tengah berjudul Cermin Ajaib? Selamat membaca...
***
Tersebutlah seorang raja tua di sebuah kerajaan makmur di Sulawesi Selatan, yang merasa akan mangkat. Dia memiliki tiga orang putra yang menjadi calon pewaris takhta kerajaannya. Dari ketiga putra, raja tua akan menetapkan satu pewaris tunggal takhta kerajaannya. Yaitu, dia yang memiliki keagungan seorang pemimpin. Si raja tua tidak bisa memutuskan siapa yang berhak atas takhtanya begitu saja karena dia bingung. Tapi, raja tua mendapatkan sebuah ide.
***
Sang raja tua mengumpulkan ketiga putranya dan mengungkapkan kegalauan hatinya selama ini.
"Putra-putraku, aku ingin memberitahukan kepada kalian sebuah hal yang sangat penting, bahwa saat ini aku sudah tua renta. Bagiku, harta dan takhta tidak begitu menarik lagi. Semua sudah kudapatkan. Aku hanya ingin mengisi masa tua ini dengan damai. Sekarang tongkat estafet kepemimpinan hendak kupasrahkan kepada salah satu di antara kalian yang terbaik. Namun, masalahnya aku tidak bisa memilih kalian. Karena itu, aku mau meminta bantuan pada cermin ajaib untuk memilih salah satu di antara kalian. Besok datamglah kalian dan akan kulihat hati kalian satu per satu." Raja tua berbicara panjang lebar, seolah tidak ada waktu membicarakan ini selain hari ini.
Bagi ketiga putranya, kabar ini merupakan kabar baik yang tidak boleh disia-siakan. Mereka bertanya pada seorang pengawal istana yang sudah lama mengabdi di kerajaan ini. Menurutnya, cermin yang dimaksud oleh raja tua merupakan warisan turun-temurun. Yang memang dipakai untuk memilih para pangeran yang dicalonkan menjadi raja. Konon, cermin ajaib itu berbentuk hati. Jika didekatkan kepada seseorang akan tampaklah sifat-sifat aslinya.
"Apa cermin ajaib itu dapat dikelabui?" tanya salah seorang dari ketiganya.
"Pertanyaan bagus," jawab pengawal istana, "Tapi, setahu hamba tidak bisa pangeran sekalian. Entahlah... Atau mungkin hamba yang tidak mengetahuinya."
***
Tersebutlah seorang raja tua di sebuah kerajaan makmur di Sulawesi Selatan, yang merasa akan mangkat. Dia memiliki tiga orang putra yang menjadi calon pewaris takhta kerajaannya. Dari ketiga putra, raja tua akan menetapkan satu pewaris tunggal takhta kerajaannya. Yaitu, dia yang memiliki keagungan seorang pemimpin. Si raja tua tidak bisa memutuskan siapa yang berhak atas takhtanya begitu saja karena dia bingung. Tapi, raja tua mendapatkan sebuah ide.
***
Sang raja tua mengumpulkan ketiga putranya dan mengungkapkan kegalauan hatinya selama ini.
"Putra-putraku, aku ingin memberitahukan kepada kalian sebuah hal yang sangat penting, bahwa saat ini aku sudah tua renta. Bagiku, harta dan takhta tidak begitu menarik lagi. Semua sudah kudapatkan. Aku hanya ingin mengisi masa tua ini dengan damai. Sekarang tongkat estafet kepemimpinan hendak kupasrahkan kepada salah satu di antara kalian yang terbaik. Namun, masalahnya aku tidak bisa memilih kalian. Karena itu, aku mau meminta bantuan pada cermin ajaib untuk memilih salah satu di antara kalian. Besok datamglah kalian dan akan kulihat hati kalian satu per satu." Raja tua berbicara panjang lebar, seolah tidak ada waktu membicarakan ini selain hari ini.
Bagi ketiga putranya, kabar ini merupakan kabar baik yang tidak boleh disia-siakan. Mereka bertanya pada seorang pengawal istana yang sudah lama mengabdi di kerajaan ini. Menurutnya, cermin yang dimaksud oleh raja tua merupakan warisan turun-temurun. Yang memang dipakai untuk memilih para pangeran yang dicalonkan menjadi raja. Konon, cermin ajaib itu berbentuk hati. Jika didekatkan kepada seseorang akan tampaklah sifat-sifat aslinya.
"Apa cermin ajaib itu dapat dikelabui?" tanya salah seorang dari ketiganya.
"Pertanyaan bagus," jawab pengawal istana, "Tapi, setahu hamba tidak bisa pangeran sekalian. Entahlah... Atau mungkin hamba yang tidak mengetahuinya."
***
Keesokan harinya, mereka menghadap raja tua dengan berdandan seelok mereka bisa. Hal ini demi menghadapi kejujuran dari si cermin ajaib. Walaupun pengawal istana mengatakan bahwa cermin ajaib tidak bisa dikelabui, namun mereka tetap mempersiapkan mantra-mantra guna mengubah keputusan cermin ajaib. Pada intinya, ketampanan mereka lebih dari biasanya. Terpampang nyata.
Sang raja tua memerintahkan orang untuk membawakan cermin ajaib. Dan meletakkan di sampingnya. Tiga pangeran berdiri dengan gagah saat hendak diuji. Majulah mereka satu per satu.
Putra pertama diuji. Hasilnya, kepalanya bertanduk.
Putra kedua diuji. Hasilnya, giginya bertaring.
Putra ketiga diuji. Hasilnya, matanya merah menyala.
Raja tua memutuskan tidak ada satu pun di antara putranya akan menggantikan dirinya dalam takhta singgasana. Dia tahu tabiat ketiga putranya. Akhirnya, sang raja tua mengadakan sayembara menjadi raja.
Banyak pejabat kerajaan, kaum terpelajar, bahkan rakyat jelata mengikuti sayembara tersebut. Sayangnya, tidak ada satupun dari mereka yang memenuhi kriteria seperti dilihat cermin ajaib. Ada saja sifat buruk yang mereka miliki. Hal ini berlangsung terus selama berbulan-bulan. Raja tua sempat hampir putus asa.
***
Sang raja tua memerintahkan orang untuk membawakan cermin ajaib. Dan meletakkan di sampingnya. Tiga pangeran berdiri dengan gagah saat hendak diuji. Majulah mereka satu per satu.
Putra pertama diuji. Hasilnya, kepalanya bertanduk.
Putra kedua diuji. Hasilnya, giginya bertaring.
Putra ketiga diuji. Hasilnya, matanya merah menyala.
Raja tua memutuskan tidak ada satu pun di antara putranya akan menggantikan dirinya dalam takhta singgasana. Dia tahu tabiat ketiga putranya. Akhirnya, sang raja tua mengadakan sayembara menjadi raja.
Banyak pejabat kerajaan, kaum terpelajar, bahkan rakyat jelata mengikuti sayembara tersebut. Sayangnya, tidak ada satupun dari mereka yang memenuhi kriteria seperti dilihat cermin ajaib. Ada saja sifat buruk yang mereka miliki. Hal ini berlangsung terus selama berbulan-bulan. Raja tua sempat hampir putus asa.
***
Seorang pemuda buruk rupa datang bersama ibunya dengan pakaian lusuh dan compang-camping. Pemuda itu ingin mengikuti sayembara memilih raja. Ketiga putra raja dan selirnya mencemooh si pemuda buruk rupa.
"Apakah dia pantas, huh?"
Saat bercermin, pemuda itu berelok paras dan bersinar tubuhnya. Tiada keburukan tampak darinya. Raja tua segera memutuskan bahwa penggantinya adalah pemuda itu. Ketiga putra raja tua hanya bisa terdiam tanpa kata.
Di saat itulah, ibu dari si pemuda buruk rupa bersimpuh di kaki raja tua dan mengaku bahwa dia adalah permaisurinya yang telah dikerjai ibu selir. Dan pemuda buruk rupa itu ternyata adalah anak dari raja tua. Berarti dia adalah putra mahkota yang sesungguhnya.
Si ibu bercerita kalau ibu selir telah memfitnah mereka hingga mereka terusir dari istana dan harus tinggal di hutan-hutan, bertahun-tahun lamanya.
Raja tua yang mendengar cerita itu, segera mengonfirmasi kepada ibu selir di tempat. Ibu selir tidak bisa mengelak atas tudingan tersebut. Mau tidak mau, dia terpaksa mengakui cerita yang memang benar itu.
Otomatis raja murka mendengar pengakuan itu dan memerintahkan para pengawal supaya menangkap ibu selir. Tapi, hal itu dicegah oleh si pemuda buruk rupa yang ternyata adalah putra mahkota.
"Memaafkan jauh lebih baik daripada mendendam. Saya tidak mendendam pada ibu selir. Toh begitu, ibu selir sudah mengakui kesalahannya."
"Apakah dia pantas, huh?"
Saat bercermin, pemuda itu berelok paras dan bersinar tubuhnya. Tiada keburukan tampak darinya. Raja tua segera memutuskan bahwa penggantinya adalah pemuda itu. Ketiga putra raja tua hanya bisa terdiam tanpa kata.
Di saat itulah, ibu dari si pemuda buruk rupa bersimpuh di kaki raja tua dan mengaku bahwa dia adalah permaisurinya yang telah dikerjai ibu selir. Dan pemuda buruk rupa itu ternyata adalah anak dari raja tua. Berarti dia adalah putra mahkota yang sesungguhnya.
Si ibu bercerita kalau ibu selir telah memfitnah mereka hingga mereka terusir dari istana dan harus tinggal di hutan-hutan, bertahun-tahun lamanya.
Raja tua yang mendengar cerita itu, segera mengonfirmasi kepada ibu selir di tempat. Ibu selir tidak bisa mengelak atas tudingan tersebut. Mau tidak mau, dia terpaksa mengakui cerita yang memang benar itu.
Otomatis raja murka mendengar pengakuan itu dan memerintahkan para pengawal supaya menangkap ibu selir. Tapi, hal itu dicegah oleh si pemuda buruk rupa yang ternyata adalah putra mahkota.
"Memaafkan jauh lebih baik daripada mendendam. Saya tidak mendendam pada ibu selir. Toh begitu, ibu selir sudah mengakui kesalahannya."
Raja tua kagum akan kebijaksanaan putra kandungnya. Ternyata cermin ajaib tidak salah memilih orang.
***
Demikian, cerita rakyat Sulawesi Tengah berjudul Cermin Ajaib ini. Semoga kita semua mendapatkan pelajaran yang berharga dari cerita rakyat Sulawesi Tengah ini.[]
Tag :
Cerita Rakyat,
Sulawesi Tengah
0 Komentar untuk "Cerita Rakyat Indonesia #47: Cermin Ajaib Mencari Raja"