Cerita rakyat si Kelingking merupakan cerita rakyat dari Bangka Belitung, yang berkisah tentang seorang anak yang hanya sebesar kelingking, tapi memiliki kekuatan yang besar. Cerita rakyat dari Bangka Belitung ini begitu terkenal dan menarik.
Sebelum membaca lanjutan cerita rakyat dari Bangka Belitung ini, kami juga sudah sharing mengenai cerita rakyat Lutung Kasarung dan cerita rakyat Legenda Danau Toba. Oke, kalau begitu, silakan membaca cerita rakyat dari Bangka Belitung berjudul Si Kelingking ini…
***
Di Pulau Belitung tinggallah sepasang suami istri yang hidup miskin dan sudah tua. Selama menikah mereka belum dikaruniai seorang anak pun. Usia yang semakin menua menyebabkan keinginan mereka untuk memiliki anak semakin kuat. Mereka berpikir jika saja memiliki seorang anak pastilah anak tersebut dapat membantu mereka mengurus rumah, mencari nafkah dan merawat mereka jika sudah tidak mampu untuk bekerja lagi. Namun, sangat disayangkan karena tidak ada seorang anak pun yang mau menjadi anak asuh mereka karena kehidupan suami istri yang sudah tua dan miskin itu.
Sang nenek berpikir bahwa dia akan menerima anak dengan gembira walaupun anak tersebut hanya seukuruan jari kelingking. Keinginan sang nenek menjadi doa yang dimakbulkan Tuhan. Tiba-tiba saja si nenek hamil dan setelah cukup bulan, dia melahirkan seorang bayi laki-laki. Namun, seperti yang dikatakannya dulu bahwa anak tersebut hanya seukuran jadi kelingking orang dewasa. Walaupun sudah diberi makan yang cukup tubuh anak tersebut tidak juga membesar, karena memiliki tubuh yang kecil anak tersebut diberi nama si kelingking.
Mendapat anak yang tidak seperti biasa menyebabkan kakek dan nenek tersebut merasa malu jika ada tetangga yang tahu. Mereka akhirnya sepakat untuk membunuh anak tersebut agar tidak diketahui orang lain. Suatu hari sang kakek membawa anaknya ke hutan dan mengatakan bahwa dia akan menebang pohon yang besar. Si kelingking disuruh berdiri tepat di samping pohon besar itu. Sang kakek dengan semangat lalu menebang pohon tersebut dan benar saja, pohon itu jatuh tepat mengenai kepala si kelingking. Melihat hal itu sang kakek merasa gembira dan pulang ke rumahnya.
Sore hari ketika sang kakek dan nenek duduk di beranda tiba-tiba terdengar suara anak kecil terteriak-teriak sambil membawa batang kayu yang besar. Anak kecil itu tak lain adalah si kelingking. Dia datang membawa pohon besar tersebut. Kemudian si kakek menyuruh kelingking untuk membelah pohon itu menjadi potongan kayu yang kecil untuk dijadikan kayu bakar. Si kelingking tetap senang mengerjarkan pekerjaan yang diperintahkan ayahnya.
Walaupun begitu kakek dan nenek yang tidak lain adalah orang tua si kelingking ternyata tetap tidak senang dan ingin mencoba membunuh kelingking sekali lagi. Oleh karena itu, suatu hari sang kakek mengajak kelingking ke kali sungai yang besar. Kakek tersebut bermaksud ingin menggulingkan batu yang besar agar menimpa kelingking. Kakek tersebut berbohong pada anaknya bahwa batu itu akan dijadikan pondasi rumah mereka.
Si kelingking merasa senang akan memiliki rumah baru, sehingga dia mengikuti ayahnya ke sungai. Sampai di sungai kakek tersebut memerintahkan kelingking untuk berdiri di sebelah batu besar, kemudian sang kakek menggunakan linggis untuk menggeser batu besar itu. Si kelingking yang tidak mengira merasa terkejut ketika batu tersebut menggelinding ke arahnya. Setelah si kelingking terlindas oleh batu besar tersebut, sang kakek dengan senang pulang ke rumah dan memberi tahu istrinya.
Ketika sore hari alangkah terkejutnya kedua suami istri tersebut saat mendengar suara seorang anak yang berteriak hendak diletakkan di mana batu besar itu. Ternyata kelingking pulang sambil membawa batu besar yang tadi telah menimpanya. Sang kakek lalu memerintahkan kelingking untuk memecah batu tersebut menjadi kecil-kecil agar bisa dijadikan pondasi rumah mereka. Melihat kelingking mengerjakan semua pekerjaan dengan gembira kakek dan nenek itu merasa sangat menyesal karena telah berusaha membunuh kelingking. Mereka lalu meminta maaf kepada kelingking dan merawatnya dengan penuh kasih sayang.
***
Cerita rakyat dari Bangka Belitung mengisahkan seorang anak yang baik tapi disia-siakan oleh orangtuanya. Cerita rakyat dari Bangka Belitung berjudul Si Kelingking memiliki pesan moral yang sangat mendalam. Para orangtua yang membaca cerita rakyat dari Bangka Belitung ini sebaiknya dapat menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh anaknya. Karena, anak adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada manusia. Sebagai anugerah sudah sepantasnya anak dirawat dan dididik agar memiliki sifat-sifat yang baik.[]
Sebelum membaca lanjutan cerita rakyat dari Bangka Belitung ini, kami juga sudah sharing mengenai cerita rakyat Lutung Kasarung dan cerita rakyat Legenda Danau Toba. Oke, kalau begitu, silakan membaca cerita rakyat dari Bangka Belitung berjudul Si Kelingking ini…
***
Di Pulau Belitung tinggallah sepasang suami istri yang hidup miskin dan sudah tua. Selama menikah mereka belum dikaruniai seorang anak pun. Usia yang semakin menua menyebabkan keinginan mereka untuk memiliki anak semakin kuat. Mereka berpikir jika saja memiliki seorang anak pastilah anak tersebut dapat membantu mereka mengurus rumah, mencari nafkah dan merawat mereka jika sudah tidak mampu untuk bekerja lagi. Namun, sangat disayangkan karena tidak ada seorang anak pun yang mau menjadi anak asuh mereka karena kehidupan suami istri yang sudah tua dan miskin itu.
Sang nenek berpikir bahwa dia akan menerima anak dengan gembira walaupun anak tersebut hanya seukuruan jari kelingking. Keinginan sang nenek menjadi doa yang dimakbulkan Tuhan. Tiba-tiba saja si nenek hamil dan setelah cukup bulan, dia melahirkan seorang bayi laki-laki. Namun, seperti yang dikatakannya dulu bahwa anak tersebut hanya seukuran jadi kelingking orang dewasa. Walaupun sudah diberi makan yang cukup tubuh anak tersebut tidak juga membesar, karena memiliki tubuh yang kecil anak tersebut diberi nama si kelingking.
Mendapat anak yang tidak seperti biasa menyebabkan kakek dan nenek tersebut merasa malu jika ada tetangga yang tahu. Mereka akhirnya sepakat untuk membunuh anak tersebut agar tidak diketahui orang lain. Suatu hari sang kakek membawa anaknya ke hutan dan mengatakan bahwa dia akan menebang pohon yang besar. Si kelingking disuruh berdiri tepat di samping pohon besar itu. Sang kakek dengan semangat lalu menebang pohon tersebut dan benar saja, pohon itu jatuh tepat mengenai kepala si kelingking. Melihat hal itu sang kakek merasa gembira dan pulang ke rumahnya.
Sore hari ketika sang kakek dan nenek duduk di beranda tiba-tiba terdengar suara anak kecil terteriak-teriak sambil membawa batang kayu yang besar. Anak kecil itu tak lain adalah si kelingking. Dia datang membawa pohon besar tersebut. Kemudian si kakek menyuruh kelingking untuk membelah pohon itu menjadi potongan kayu yang kecil untuk dijadikan kayu bakar. Si kelingking tetap senang mengerjarkan pekerjaan yang diperintahkan ayahnya.
Walaupun begitu kakek dan nenek yang tidak lain adalah orang tua si kelingking ternyata tetap tidak senang dan ingin mencoba membunuh kelingking sekali lagi. Oleh karena itu, suatu hari sang kakek mengajak kelingking ke kali sungai yang besar. Kakek tersebut bermaksud ingin menggulingkan batu yang besar agar menimpa kelingking. Kakek tersebut berbohong pada anaknya bahwa batu itu akan dijadikan pondasi rumah mereka.
Si kelingking merasa senang akan memiliki rumah baru, sehingga dia mengikuti ayahnya ke sungai. Sampai di sungai kakek tersebut memerintahkan kelingking untuk berdiri di sebelah batu besar, kemudian sang kakek menggunakan linggis untuk menggeser batu besar itu. Si kelingking yang tidak mengira merasa terkejut ketika batu tersebut menggelinding ke arahnya. Setelah si kelingking terlindas oleh batu besar tersebut, sang kakek dengan senang pulang ke rumah dan memberi tahu istrinya.
Ketika sore hari alangkah terkejutnya kedua suami istri tersebut saat mendengar suara seorang anak yang berteriak hendak diletakkan di mana batu besar itu. Ternyata kelingking pulang sambil membawa batu besar yang tadi telah menimpanya. Sang kakek lalu memerintahkan kelingking untuk memecah batu tersebut menjadi kecil-kecil agar bisa dijadikan pondasi rumah mereka. Melihat kelingking mengerjakan semua pekerjaan dengan gembira kakek dan nenek itu merasa sangat menyesal karena telah berusaha membunuh kelingking. Mereka lalu meminta maaf kepada kelingking dan merawatnya dengan penuh kasih sayang.
***
Cerita rakyat dari Bangka Belitung mengisahkan seorang anak yang baik tapi disia-siakan oleh orangtuanya. Cerita rakyat dari Bangka Belitung berjudul Si Kelingking memiliki pesan moral yang sangat mendalam. Para orangtua yang membaca cerita rakyat dari Bangka Belitung ini sebaiknya dapat menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh anaknya. Karena, anak adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada manusia. Sebagai anugerah sudah sepantasnya anak dirawat dan dididik agar memiliki sifat-sifat yang baik.[]
Tag :
Cerita Rakyat,
Riau
0 Komentar untuk "Cerita Rakyat Indonesia #48: Kisah Si Kelingking dari Bangka Belitung"