Menurut Hikayat Banjar, Putri Junjung Buih adalah Raja Putri dari Kerajaan Negara Dipa, yang berasal dari unsur etnis pribumi Kalimantan. Karena unsur ini banyak raja di Kalimantan mengaku sebagai keturunan langsung darinya.
Putri Junjung Buih merupakan anak kandung Ngabehi Hileer, yang kemudian diangkat anak oleh Lambung Mangkurat saat "balampah" (Banjar: bertapa). Putri Junjung Buih menikah dengan Pangeran Suryanata dari Majapahit. Dari pasangan ini lahirlah anak-anak yang meneruskan kerajaan mereka. Salah satu yang terkenal adalah Pangeran Aria Dewangga yang menikah dengan Putri Kabuwaringin (anak dari Lambung Mangkurat). Mereka ini menurunkan para raja Kerajaan Negara Dipa, Kerajaan Negara Daha, hingga Kesultanan Banjar dan Kesultanan Kotawaringin.
Menurut cerita rakyat Kalimantan, seorang raja harus berasal dari keturunan Putri Junjung Buih. Lantaran itu, para raja Kalimantan kerap mengaku berdarah Putri Junjung Buih. Tujuannya mendapat legitimasi dari rakyat. Ya, mirip-mirip dengan raja Jawa yang mengaku mendapat wahyu Ilahi saat mengumumkan diri menjadi raja. Atau mirip dengan King Arthur di Inggris Raya yang mengaku bisa mengangkat pedang legendaris yang hanya bisa ditarik oleh seorang yang calon raja. Bisa dikatakan legenda Putri Junjung Buih tidak bisa dilepaskan dari sejarah Kalimantan Selatan.
Ah, sudahlah nulisnya terlalu melebar. Baca saja cerita rakyat Putri Junjung Buih selengkapnya.
***
Legenda ini bermula ketika Lambung Mangkurat dari kerajaan Nagara Dipa berusaha mencari sosok pemimpin untuk memerintah kerajaan tersebut. Hal ini sesuai pesan sang ayah, Empu Jatmika, yang mengatakan kepada Lambung Mangkurat dan Empu Mandastana supaya tidak berambisi menjadi raja. Justru mereka harus mencari pengganti Empu Jatmika. Selama bertahun-tahun, kedua putra Empu Jatmika bertapa belum juga mendapat firasat dan petunjuk siapa gerangan yang bakal menjadi raja.
Empu Jatmika mengarahkan keduanya. Lambung Mangkurat kemudian bertapa ditepi sungai di Luhuk Bargaja. Dalam pertapaannya, ia menemukan sosok raja yang dicarinya. Kisahnya digambarkan sebagai berikut. Permukaan air sungai seketika itu berbuih dan bercahaya. Sejenak air tenang, kemudian terdengar suara lembut nan merdu dari buih tersebut. "Wahai, Lambung Mangkurat, akulah raja yang kau cari-cari selama ini. Namaku Putri Junjung Buih."
Sesuai amanat Empu Jatmika, Lambung Mangkurat menawarkan tempat tinggal di dalam candi yang telah dibangun ayahnya sebelum meninggal. Namun Putri Junjung Buih Menolaknya. Ia mau menjadi raja di Nagara Dipa jika dibuatkan mahligai tuntung sahari (selesai dalam sehari) dengan tiang empat batang haur batung batulis yang tumbuh di Gunung Batupiring. Kemudian minta disediakan kain lagundi sepanjang 7 hasta, lebar 3 jengkal dan dirajut oleh 40 gadis perawan.
Setelah permintaan tersebut dipenuhi, pada malam harinya keluarlah Putri Junjung Buih dari dalam air. Sosoknya digemerlapi cahaya, mengenakan sarung kain sutera kuning dan juga bertutup sutera kuning. Putri Junjung Buih adalah sosok suci kiriman dari batara dewa yang muncul ke permukaan bumi dari alam sagara atau alam bawah. Ia mengemban tugas memimpin Kerajaan Nagara Dipa, cikal bakal banua Banjar.
Tag :
Cerita Rakyat,
Kalimantan Selatan
1 Komentar untuk "Cerita Rakyat Indonesia #91: Legenda Putri Junjung Buih"
Sejujurnya, saya sangat penasaran tentang siapa sebenarnya tokoh Ngabehi Hileer yang disebut sebagai Ayah dari Putri Junjung Buih, sayangnya tidak ada penjelasan. Saya juga sudah mencoba mencari informasinya di sumber-sumber lain, namun belum berhasil menemukan satupun.