Sekelumit Kisah Dokter Willem Karel (Wim) Tehupeiory

INTRO: Dalam sejarah Indonesia, nama Dokter Willem Karel Tehupeiory memang tidak begitu dikenal. Itu karena, ia adalah dokter yang memiliki darah Belanda. Meskipun demikian, Wim – begitu ia akrab disapa – banyak membantu masyarakat pribumi kala itu, khususnya membantu orang-orang Ambon dengan menaikkan minat mereka terhadap dunia pendidikan Barat.

***

Musim semi tahun 2001, Herman Keppy – seorang wartawan Belanda keturunan Maluku – menemukan sebuah koper yang berisi setumpuk penuh dokumen di dalam kamar salah satu rumah di sebuah desa di Alkmaar, Belanda. Selain dokumen, di dalam koper juga ditemukan foto pribadi dan dokumen pribadi Wim Tehupeiory (1883-1946) – yang pernah bertugas menjadi dokter pribumi (Hindia Belanda) sekitar tahun 1920-an. Dokumen tersebut terdiri atas 250 surat pribadi, surat-surat yang berkaitan dengan profesi kedokteran Wim Tehupeiory, laporan bulanan tentang Rumah Sakit Pemerintah di Blinjoe di Pulau Bangka (1910-1915), dokumen dari Vereeniging Ambonsch Studiefonds (1914-1921), sejumlah koleksi foto, dan dokumen lainnya. Keppy tidak menyia-nyiakan dokumen tersebut dengan menulis novel berjudul Antara Ambon dan Amsterdam (Tussen Ambon en Amsterdam) yang terbit tahun 2004. Setelah selesai, semua dokumen tersebut, ia kirim ke IISH (International Institute of Social History) di Belanda.

Tentang Dokter Wim Tehupeiory

foto dokter willem karel (wim) tehupeiory, sejarah indonesia
Dokter Willem Karel (Wim) Tehupeiory lahir tahun 1883 di Ema, Ambon, Hindia Belanda. Selepas menamatkan sekolah umum, bersama kakak laki-lakinya Johannes Everhardus (Nannie) pergi ke Batavia untuk melanjutkan sekolah di STOVIA. Keduanya lulus tahun 1902. Perlu diketahui, pada 1902, STOVIA sedang dalam proses terbentuk secara resmi. Wim Tehupeiory yang kala itu masih berusia 19 tahun lalu bekerja di sebuah penjara di Medan sebagai dokter pribumi, lalu di perkebunan Deli, melayani kesehatan buruh kebun Jawa dan Tionghoa. Pada 1907, Wim bersama Johannes Everhardus dan Leentje Jacomina berangkat ke Belanda guna melanjutkan studi. Setahun berikutnya, tahun 1908, mereka sudah menyandang gelar Arts.

Dalam perjalanan kariernya sebagai seorang Arts yang berasal dari Indonesia, Wim Tehupeiory memberikan kursus untuk para dokter pribumi yang dibayar murah di Belanda dalam lembaga Indisch Genootschap in Leiden. Lembaga yang berada di bawah pimpinan C. Th. van Deventer dan J. H. Abendanon merupakan bagian dari politik etis. Saat bersekolah di Belanda sempat pula dibangunnya perkumpulan dokter pribumi di Belanda . Pada Juli 1909, Wim menikahi seorang wanita Belanda yang bernama Anna Ommering dan dikaruniai dua orang anak. Sekembalinya ke Indonesia, di tahun yang sama, Wim mendirikan lembaga beasiswa Ambon (Ambonsch Studiefonds), yang tujuannya menyokong biaya pendidikan orang-orang Indonesia yang sekolah di Belanda. Ia juga bekerja pada perusahaan pertambangan timah di Pulau Bangka dari 1910-1916.

Pada Juli 1916, keluarga Wim kembali ke Belanda. Ketika itu, ia didapuk sebagai anggota lembaga budaya perkumpulan MUDATO – perkumpulan ini bertujuan meningkatkan minat pendidikan masyarakat Ambon. Perlu diketahui juga, dalam kongres pendidikan kolonial di Den Haag pada 1919 disetujui pendirian Universitas di Hindia Belanda, termasuk fakultas Kedokteran sebagai perkembangan dari STOVIA. Pada 1922, Tehupeiory harus kembali ke Indonesia karena kesulitan keuangan. Ia kembali tanpa disertai oleh keluarganya. Dalam kondisi ini, ia bekerja sebagai dokter di kapal kargo bernama SS Rondo, yang bertugas mengangkut jamaah haji ke Mekah melalui pelabuhan Jeddah. Setelah berhenti, ia buka praktik dokter umum di Batavia. Di samping kegiatan itu, Wim sempat aktif dalam organisasi nasional Sarekat Ambon dan tentu saja lembaga beasiswa bagi orang Maluku. Selain itu, ia juga anggota komisi supervise sekolahnya terdahulu, yaitu STOVIA. Pada 1928, Wim menjadi seorang pendiri Perhimpunan Politik Maluku (Molukus Politiek Verbond). Pada 1946, setahun setelah Indonesia Merdeka, Willem Karel (Wim) Tehupeiory menghembusan napas pungkasan di Jakarta.

Itulah sekelumit cerita rakyat Indonesia dari seorang dokter bernama Willem Karel (Wim) Tehupeiory, yang memiliki peran di sejarah Indonesia.

[ditulis ulang dari terjemahan bebas tulisan Rushdy Hoesein tentang Dokter Willem Karel (Wim) Tehupeiory yang berjudul Between Ambon and Amsterdam]
Tag : Sejarah
0 Komentar untuk "Sekelumit Kisah Dokter Willem Karel (Wim) Tehupeiory"

Back To Top