Menurut cerita rakyat Nusantara yang berkembang di Kulonprogo, Yogyakarta, dipercaya bahwa Goa Kiskenda pernah terjadi suatu peristiwa legendaris. Yaitu, pertarungan antara Mahesa Sura dengan Subali. Alur cerita dari pertarungan itu digambarkan pada dua relief yang terdapat di mulut goa. Sedangkan, ada dua buah batu yang menyerupai lidah dan usus (babat kandel) Mahesa Sura yang dipotong Subali. Bagaimana kisah selengkapnya?
“Apakah keinginan Kanda tidak berlebihan? Kita ini hanyalah siluman. Mana cocok dengan seorang dewi kahyangan?” tanya Lembu Sura, memastikan.
“Walau kita berasal dari golongan siluman dan mereka berasal dari golongan dewa, aku rasa kekuatanku sebanding dengan kekuatan mereka. Bahkan, bisa dikatakan lebih tinggi,” jawab Mahesa Sura dengan jumawa.
“Lalu, bagaimana jika mereka menolak lamaran Kanda?” Lembu Sura bertanya kembali.
“Akan kuhancurkan kahyangan!”
Mendengar tekad Kakaknya, Lembu Sura segera berangkat ke Kahyangan. Di negeri para dewata itu, kedatangan Lembu Sura memunculkan sikap curiga masyarakat Kahyangan. Namun, sebagai utusan, Lembu Sura tidak boleh disentuh barang secuil pun. Lembu Sura menyampaikan maksud kedatangannya.
“Tidak bisa, Mahesa Sura dengan Dewi Tara tidaklah sebanding! Katakan pada Kakakmu, kami menolak lamarannya!” tukas Bathara Indra.
Lembu Sura menemui Mahesa Sura dengan tangan hampa. Dia menceritakan apa yang terjadi saat dia meminta Dewi Tara untuk dipinang Kakaknya secara mendetail. Murka-lah Mahesa Sura mendengar penjelasan Lembu Sura.
“Kurang ajar para dewata itu! Akan kuhancurkan Kahyangan seperti janjiku dulu! Jika tidak bisa diminta baik-baik, maka akan kuambil dengan jalan apapun!” pekik Mahesa Sura. “Apa kamu ada pada barisanku, Lembu Sura?!”
Sang adik mengangguk, tanda dia berada di barisan Mahesa Sura.
Berangkatlah kedua kakak beradik itu ke Kahyangan. Dalam waktu singkat, Mahesa Sura dan Lembu Sura berhasil mengosak-asik Kahyangan. Banyak di antara masyarakat Kahyangan terluka akibat ulah kedua siluman itu. Dewi Tara pun berhasil berada di tangan Mahesa Sura. Gadis paling cantik di Kahyangan itu dibawa ke Goa Kiskenda, tempat bersemayam mereka berdua.
***
Bathara Guru dan Bathara Dewa kemudian merunding mengenai masalah ini. Kedua dewata itu memikirkan bagaimana cara untuk merebut Dewi Tara kembali. Satu kesempatan yang dimiliki adalah dengan memakai Aji Pancasoka. Hanya senjata pamungkas itu yang sanggup mencabut nyawa Mahesa Sura. Permasalahannya, Aji Pancasoka cuma bisa digunakan manusia berhati mulia, berbudi luhur, dan mampu mengalahkan nafsu angkara.
“Siapakah orang yang tepat?” begitulah Bathara Guru berpikir.
“Apakah Subali tepat?” Ide itu terlontar begitu saja dari Bathara Dewa.
“Subali?” tanya Bathara Guru sambil mengelus jenggotnya. Subali, putra Resi Gotama, memang mempunyai karakter yang tepat untuk menggunakan Aji Pancasoka. Kedua dewata itu sepakat bahwa Subali adalah orang yang tepat. Dipanggillah Subali menghadap mereka berdua.
***
Subali menghadap Bathara Dewa dan Bathara Guru di tempatnya. Dia duduk bersimpuh di harapan kedua dewata itu.
“Ngger Subali, tahukah apa yang membuatmu dipanggil menghadap ke sini?” tanya Bathara Dewa.
“Mohon maaf, hamba tidak mengetahui tujuan pemanggilan hamba ke sini,” sahut Subali.
Bathara Dewa menjelaskan panjang lebar mengenai masalah yang tengah terjadi. “Kamu kan tahu, belum lama ini Kahyangan di-osak-asik dan Dewi Tara diculik oleh dua siluman, Mahesa Sura dan Lembu Sura. Walaupun, kedua makhluk itu berasal dari golongan siluman, namun kesaktian mereka setingkat dewa. Mereka hanya bisa dikalahkan dengan Aji Pancasoka. Permasalahannya, Aji Pancasoka hanya bisa digunakan orang yang memiliki hati yang bersih, berbudi luhur, dan mampu mengalahkan nafsu angkara. Karakter yang diinginkan Aji Pancasoka ada pada dirimu, Ngger. Nah, maukah kamu menolong kami dan menyelamatkan Dewi Tara?”
“Apabila hamba memang dirasa sanggup, hamba bersedia melakukannya,” timpal Subali.
Bathara Guru segera mentransfer ilmu Aji Pancasoka kepada Subali. Sesudah itu, Subali mengajak adiknya, Sugriwa, untuk membantunya. Berdasarkan cerita rakyat Indonesia yang disampaikan secara turun-temurun, turunlah kedua pendekar itu menuju persemayaman Mahesa Sura dan Lembu Sura.
Subali meminta Sugriwa untuk melepaskan Dewi Tara, dan kalau sudah menyelamatkannya Sugriwa harus membawanya ke pintu Goa Kiskenda menunggu dirinya. Sementara dia sendiri akan membunuh Mahesa Sura dan saudaranya. Subali mengatakan jika darah yang keluar adalah merah, maka yang kalah adalah Mahesa Sura. Jika darah yang keluar adalah putih, maka yang kalah adalah dirinya. Dan kalau hal itu terjadi, Sugriwa diperintahkan untuk menutup pintu goa dengan batu yang besar.
Dengan gagah berani, Subali masuk ke Goa Kiskenda. Di dalamnya, Subali bertemu Mahesa Sura dan Lembu Sura yang petantang-petenteng menjaga Dewi Tara.
“Hei, Subali, lepaskan Dewi Tara! Jika tidak, jangan salahkan aku berbuat kekerasan padamu!”
“Langkahi dulu mayatku!” sahut Mahesa Sura.
“Baiklah, jika itu maumu!”
Berkelahilah mereka dengan jurus-jurus tingkat tinggi. Di sela-sela itu, Sugriwa menyusup dan menyelamatkan Dewi Tara, kemudian mereka menunggu di luar. Mereka menunggu darah yang keluar berwarna apa.
Di dalam, Subali berpikir cara untuk membunuh kedua siluman itu. Walaupun sudah dihajar hingga tubuh mereka hancur, mereka dapat hidup kembali. Ini merupakan kehebatan ilmu yang dimiliki kedua siluman itu. Akhirnya, Subali mempunyai ide untuk menghancurkan kepala keduanya dengan cara membenturkannya. Darah yang keluar pun berwarna merah dan putih, yang mengalir keluar. Di luar, Sugriwa menduga Kakaknya telah meninggal langsung menutup pintu goa dengan batu besar, sesuai petunjuk yang diberikan Kakaknya.
Selesai membunuh Mahesa Sura dan Lembu Sura, Subali terkejut melihat pintu goa sudah ditutup. Dia murka ternyata Sugriwa mengkhianatinya. Dengan kesaktian yang dimiliki, batu penutup pintu goa itu dihancurkan Subali. Terbanglah dia menyusul Sugriwa.
Tepat ketika pesta pernikahan digelar, Subali datang dan menantang duel Sugriwa. Perkelahian keduanya tidak terelakkan lagi. Tidak ada yang bisa memisahkan hingga datang Resi Gotama, ayah keduanya. Resi Gotama mengatakan bahwa Subali telah melampaui batas.
Tidak ada di dunia ini manusia berdarah putih. Dan karena kesombongannya itu, Subali dikutuk ayahnya sendiri akan mati di tangan ksatria titisan Bathara Wisnu bernama Prabu Rama Wijaya (kisah mengenai Prabu Rama Wijaya bisa dibaca di dalam cerita Ramayana). Kutukan itu kelak terbukti dengan matinya Subali terkena panah sakti Prabu Rama Wijaya. Menurut cerita, sebelum menghembuskan nafas terakhir, Subali sempat mengucapkan terima kasih kepada Rama karena telah membebaskan nafsu amarah yang melekat pada dirinya.
Sementara itu, Sugriwa mendapat restu dari Resi Gotama untuk tetap menikah dengan Dewi Tara. Setelah menikah, Sugriwa membangun kerajaan yang diberi nama Pancawati di Gua Kiskenda.
Baca kumpulan cerita rakyat Indonesia lainnya.[]
Cerita Rakyat Kisah di Goa Kiskenda
1. Mahesa Sura Menculik Dewi Tara
Dikisahkan dalam cerita rakyat Yogyakarta bahwa dulu pernah hidup dua siluman bernama Mahesa Sura dan Lembu Sura. Keduanya berilmu tinggi. Suatu malam, Mahesa Sura bermimpi bersanding dengan Dewi Tara, putri Bathara Indra yang tinggal di Kahyangan. Mimpi itu membuat Mahesa Sura ingin menjadikan Dewi Tara sebagai istri. Maka, dia mengutus Lembu Sura untuk memintakan Dewi Tara untuknya. Mendengar keinginan Kakaknya itu, Lembu Sura terkejut. Dia tidak menyangka keinginan Kakaknya itu.“Apakah keinginan Kanda tidak berlebihan? Kita ini hanyalah siluman. Mana cocok dengan seorang dewi kahyangan?” tanya Lembu Sura, memastikan.
“Walau kita berasal dari golongan siluman dan mereka berasal dari golongan dewa, aku rasa kekuatanku sebanding dengan kekuatan mereka. Bahkan, bisa dikatakan lebih tinggi,” jawab Mahesa Sura dengan jumawa.
“Lalu, bagaimana jika mereka menolak lamaran Kanda?” Lembu Sura bertanya kembali.
“Akan kuhancurkan kahyangan!”
Mendengar tekad Kakaknya, Lembu Sura segera berangkat ke Kahyangan. Di negeri para dewata itu, kedatangan Lembu Sura memunculkan sikap curiga masyarakat Kahyangan. Namun, sebagai utusan, Lembu Sura tidak boleh disentuh barang secuil pun. Lembu Sura menyampaikan maksud kedatangannya.
“Tidak bisa, Mahesa Sura dengan Dewi Tara tidaklah sebanding! Katakan pada Kakakmu, kami menolak lamarannya!” tukas Bathara Indra.
Lembu Sura menemui Mahesa Sura dengan tangan hampa. Dia menceritakan apa yang terjadi saat dia meminta Dewi Tara untuk dipinang Kakaknya secara mendetail. Murka-lah Mahesa Sura mendengar penjelasan Lembu Sura.
“Kurang ajar para dewata itu! Akan kuhancurkan Kahyangan seperti janjiku dulu! Jika tidak bisa diminta baik-baik, maka akan kuambil dengan jalan apapun!” pekik Mahesa Sura. “Apa kamu ada pada barisanku, Lembu Sura?!”
Sang adik mengangguk, tanda dia berada di barisan Mahesa Sura.
Berangkatlah kedua kakak beradik itu ke Kahyangan. Dalam waktu singkat, Mahesa Sura dan Lembu Sura berhasil mengosak-asik Kahyangan. Banyak di antara masyarakat Kahyangan terluka akibat ulah kedua siluman itu. Dewi Tara pun berhasil berada di tangan Mahesa Sura. Gadis paling cantik di Kahyangan itu dibawa ke Goa Kiskenda, tempat bersemayam mereka berdua.
***
Bathara Guru dan Bathara Dewa kemudian merunding mengenai masalah ini. Kedua dewata itu memikirkan bagaimana cara untuk merebut Dewi Tara kembali. Satu kesempatan yang dimiliki adalah dengan memakai Aji Pancasoka. Hanya senjata pamungkas itu yang sanggup mencabut nyawa Mahesa Sura. Permasalahannya, Aji Pancasoka cuma bisa digunakan manusia berhati mulia, berbudi luhur, dan mampu mengalahkan nafsu angkara.
“Siapakah orang yang tepat?” begitulah Bathara Guru berpikir.
“Apakah Subali tepat?” Ide itu terlontar begitu saja dari Bathara Dewa.
“Subali?” tanya Bathara Guru sambil mengelus jenggotnya. Subali, putra Resi Gotama, memang mempunyai karakter yang tepat untuk menggunakan Aji Pancasoka. Kedua dewata itu sepakat bahwa Subali adalah orang yang tepat. Dipanggillah Subali menghadap mereka berdua.
***
Subali menghadap Bathara Dewa dan Bathara Guru di tempatnya. Dia duduk bersimpuh di harapan kedua dewata itu.
“Ngger Subali, tahukah apa yang membuatmu dipanggil menghadap ke sini?” tanya Bathara Dewa.
“Mohon maaf, hamba tidak mengetahui tujuan pemanggilan hamba ke sini,” sahut Subali.
Bathara Dewa menjelaskan panjang lebar mengenai masalah yang tengah terjadi. “Kamu kan tahu, belum lama ini Kahyangan di-osak-asik dan Dewi Tara diculik oleh dua siluman, Mahesa Sura dan Lembu Sura. Walaupun, kedua makhluk itu berasal dari golongan siluman, namun kesaktian mereka setingkat dewa. Mereka hanya bisa dikalahkan dengan Aji Pancasoka. Permasalahannya, Aji Pancasoka hanya bisa digunakan orang yang memiliki hati yang bersih, berbudi luhur, dan mampu mengalahkan nafsu angkara. Karakter yang diinginkan Aji Pancasoka ada pada dirimu, Ngger. Nah, maukah kamu menolong kami dan menyelamatkan Dewi Tara?”
“Apabila hamba memang dirasa sanggup, hamba bersedia melakukannya,” timpal Subali.
Bathara Guru segera mentransfer ilmu Aji Pancasoka kepada Subali. Sesudah itu, Subali mengajak adiknya, Sugriwa, untuk membantunya. Berdasarkan cerita rakyat Indonesia yang disampaikan secara turun-temurun, turunlah kedua pendekar itu menuju persemayaman Mahesa Sura dan Lembu Sura.
Subali meminta Sugriwa untuk melepaskan Dewi Tara, dan kalau sudah menyelamatkannya Sugriwa harus membawanya ke pintu Goa Kiskenda menunggu dirinya. Sementara dia sendiri akan membunuh Mahesa Sura dan saudaranya. Subali mengatakan jika darah yang keluar adalah merah, maka yang kalah adalah Mahesa Sura. Jika darah yang keluar adalah putih, maka yang kalah adalah dirinya. Dan kalau hal itu terjadi, Sugriwa diperintahkan untuk menutup pintu goa dengan batu yang besar.
Dengan gagah berani, Subali masuk ke Goa Kiskenda. Di dalamnya, Subali bertemu Mahesa Sura dan Lembu Sura yang petantang-petenteng menjaga Dewi Tara.
“Hei, Subali, lepaskan Dewi Tara! Jika tidak, jangan salahkan aku berbuat kekerasan padamu!”
“Langkahi dulu mayatku!” sahut Mahesa Sura.
“Baiklah, jika itu maumu!”
Berkelahilah mereka dengan jurus-jurus tingkat tinggi. Di sela-sela itu, Sugriwa menyusup dan menyelamatkan Dewi Tara, kemudian mereka menunggu di luar. Mereka menunggu darah yang keluar berwarna apa.
Di dalam, Subali berpikir cara untuk membunuh kedua siluman itu. Walaupun sudah dihajar hingga tubuh mereka hancur, mereka dapat hidup kembali. Ini merupakan kehebatan ilmu yang dimiliki kedua siluman itu. Akhirnya, Subali mempunyai ide untuk menghancurkan kepala keduanya dengan cara membenturkannya. Darah yang keluar pun berwarna merah dan putih, yang mengalir keluar. Di luar, Sugriwa menduga Kakaknya telah meninggal langsung menutup pintu goa dengan batu besar, sesuai petunjuk yang diberikan Kakaknya.
Selesai membunuh Mahesa Sura dan Lembu Sura, Subali terkejut melihat pintu goa sudah ditutup. Dia murka ternyata Sugriwa mengkhianatinya. Dengan kesaktian yang dimiliki, batu penutup pintu goa itu dihancurkan Subali. Terbanglah dia menyusul Sugriwa.
2. Kutukan Resi Gotama
Cerita rakyat Nusantara ini tidak berhenti sampai di sini. Sugriwa yang sampai ke Kahyangan langsung diberi ucapan selamat oleh masyarakat Kahyangan. Setelah melaporkan semua kejadian kepada Bathara Guru dan Bathara Dewa, Sugriwa diminta Bathara Indra, ayah dari Dewi Tara. Sugriwa sebenarnya hendak menolak hal ini, karena yang lebih berhak adalah Subali, Kakaknya. Namun, Subali telah meninggal. Akhirnya, dia setuju menikahi Dewi Tara.Tepat ketika pesta pernikahan digelar, Subali datang dan menantang duel Sugriwa. Perkelahian keduanya tidak terelakkan lagi. Tidak ada yang bisa memisahkan hingga datang Resi Gotama, ayah keduanya. Resi Gotama mengatakan bahwa Subali telah melampaui batas.
Tidak ada di dunia ini manusia berdarah putih. Dan karena kesombongannya itu, Subali dikutuk ayahnya sendiri akan mati di tangan ksatria titisan Bathara Wisnu bernama Prabu Rama Wijaya (kisah mengenai Prabu Rama Wijaya bisa dibaca di dalam cerita Ramayana). Kutukan itu kelak terbukti dengan matinya Subali terkena panah sakti Prabu Rama Wijaya. Menurut cerita, sebelum menghembuskan nafas terakhir, Subali sempat mengucapkan terima kasih kepada Rama karena telah membebaskan nafsu amarah yang melekat pada dirinya.
Sementara itu, Sugriwa mendapat restu dari Resi Gotama untuk tetap menikah dengan Dewi Tara. Setelah menikah, Sugriwa membangun kerajaan yang diberi nama Pancawati di Gua Kiskenda.
Baca kumpulan cerita rakyat Indonesia lainnya.[]
Tag :
Cerita Rakyat,
Yogyakarta
0 Komentar untuk "Cerita Rakyat Indonesia #116: Kisah di Goa Kiskenda"