"Enon... Ayo bangun, Nak," kata Bunda, ketika masuk ke kamar Enon.
Tampak dengan sangat jelas, Enon masih tidur lelap. Kamar tidurnya saja masih gelap.
Bunda membuka tirai jendela. Sinar matahari langsung masuk menerangi. Enon memicingkan mata, bertahan dari silaunya sinar matahari yang masuk ke kamarnya.
"Aku masih ngantuk Bun," kata Enon, sambil menarik selimut ke kepalanya, biar tidak silau.
"Eee... Udah pagi, nanti rejekinya seret, dipatuki ayam!" Bunda memberitahu, sambil menarik lagi selimut yang menutupi kepala Enon untuk merapikannya.
Enon bangun dengan terpaksa. Dia yang mendengar wejangan Bunda barusan balik bertanya, "Berarti rejeki Ayah dipatuk ayam dong, kan Ayah suka tidur kalo pagi?"
Ayah Enon bekerja sebagai satpam. Tiap beberapa hari sekali, dia dapat shift malam. Masuk kerja malam, pulang kerja pagi. Sehabis itu dia tidur sampai siang.
Bunda bingung harus menjawab apa pertanyaan Enon itu. Karena itu dia mengalihkan topik pembicaraan dengan melontarkan pertanyaan, "Kamu mau mandi dulu atau sarapan dulu?"
"Mandi dulu aja deh Bun," jawab Enon. Dia beranjak dari tempat tidurnya, menguap, dan berjalan menuju kamar mandi.
***
Setelah selesai bersiap-siap, Enon menuju meja makan. Dia menemukan Bunda tengah sibuk dengan roti, telur, susu, dan selai.
"Kamu mau sarapan pake apa?"
"Aku mau roti dikasih selai stroberi plus susu deh."
"Siap."
Bunda dengan cekatan meletakkan roti selai stroberi dan susu di depan Enon. "Makan ya, biar berenergi badannya."
Enon menggigit bagian tertentu dari roti tawar isi selai nya, lalu mengunyahnya. Setelah itu, dia bertanya pada Bunda, "Bun, kenapa kita harus bangun pagi?"
Bunda terdiam demi mendengar pertanyaan, yang masih memiliki korelasi dengan pertanyaan yang Enon lontarkan sehabis bangun tidur tadi.
"Hmm, beda deh pokoknya."
"Iya bedanya apa?"
"Kalo Bunda nih ya, kalo bangun pagi itu ngerasa hidupnya lebih panjang. Karena ketemu siangnya lebih lama. Bisa ngerjain apapun sebelum fokus ke pekerjaan utama. Terus ya, bangun pagi itu pikiran dan energi masih fresh."
Enon bersungut-sungut mendengar penjelasan Bunda. "Terus hubungan antar bangun pagi dan rejeki dipatuk ayam gimana?"
Bunda sebenarnya menghindari topik pembicaraan itu, malas menjelaskan. Tapi lantaran ditembak lagi, mau tak mau Bunda harus menjelaskannya.
"Itu sebenernya cuman pepatah aja, Non. Maksud pepatah itu supaya kita nggak kalah bangun paginya dibandingkan ayam, sehingga rejeki yang tadi mau datang sudah keburu diambil orang. Gitu maksudnya."
"Mulai besok Non, mau belajar bangun pagi Ah, Bun."
Bunda tersenyum mendengar pernyataan Enon.
"Hmm, beda deh pokoknya."
"Iya bedanya apa?"
"Kalo Bunda nih ya, kalo bangun pagi itu ngerasa hidupnya lebih panjang. Karena ketemu siangnya lebih lama. Bisa ngerjain apapun sebelum fokus ke pekerjaan utama. Terus ya, bangun pagi itu pikiran dan energi masih fresh."
Enon bersungut-sungut mendengar penjelasan Bunda. "Terus hubungan antar bangun pagi dan rejeki dipatuk ayam gimana?"
Bunda sebenarnya menghindari topik pembicaraan itu, malas menjelaskan. Tapi lantaran ditembak lagi, mau tak mau Bunda harus menjelaskannya.
"Itu sebenernya cuman pepatah aja, Non. Maksud pepatah itu supaya kita nggak kalah bangun paginya dibandingkan ayam, sehingga rejeki yang tadi mau datang sudah keburu diambil orang. Gitu maksudnya."
"Mulai besok Non, mau belajar bangun pagi Ah, Bun."
Bunda tersenyum mendengar pernyataan Enon.
Tag :
Cerpen Anak
0 Komentar untuk "Kenapa Kita Harus Bangun Lebih Pagi?"