Misteri Hilangnya Burung Beo Pak Daron (Part 1)

Deksripsi: Cerita anak tentang misteri hilangnya burung beo kesayangan Pak Daron (part 1).

Hai teman-teman, bagaimana kabar kalian? Saya berharap kalian baik-baik saja. Amin. Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi postingan cerita anak tentang misteri hilangnya burung beo kesayangan Pak Daron. Bagaimana keseruannya silakan baca ceritanya dibawah ini.

Sebelum melanjutkan pada cerita, saya ingin mengajak teman-teman untuk memfollow akun Facebook, Twitter, dan Instagram blog 365ceritarakyatindonesia.blogspot.com. Dengan memfollow akun sosial media tersebut, teman-teman akan mendapatkan info update postingan terbaru dari blog 365 Cerita Rakyat Indonesia.

Misteri Hilangnya Burung Beo Pak Daron (Part 1)

Treettt... Treettt... Treettt... suara bel penanda waktu jam pelajaran terakhir selesai terdengar di seluruh penjuru sekolah. Dengan begitu, Bu Susi, guru pengampu bahasa Indonesia, mengumumkan pada anak-anak murid bahwa pelajaran telah usai. "Jadi anak-anak, kita sambung minggu depan ya..." kata Bu Susi, "Kerjakan PR kalian di halaman sepuluh ya." Setelah mengatakan hal itu, Bu Susi berjalan keluar kelas.

Zahra menghampiri tempat Gendis duduk. "Ndis, gimana, kita jadi kan ke rumah Oet?" tanya Zahra.

"Iya, jadi," sahut Gendis sembari merapikan buku-bukunya ke dalam tas.

Ketika mereka berdua ke luar kelas, terdengar suara memanggil, "Gendis... Zahra..." Keduanya menoleh dan menemukan Keina, sahabat mereka yang beda kelas. "Kalian mau kemana?" tanya Keina.

"Mau ke rumah Oet," sahut Gendis.

"Emang Oet kenapa?" Keina bertanya tak mengerti.

"Justru itu. Kami ke rumahnya mau cari tahu apa yang terjadi pada Oet. Nggak biasanya dia bolos sekolah," Zahra ikut mengimbuhi jawaban.

"Oh kalau begitu, aku ikut ke rumah Oet juga ya," pinta Keina.

Mereka pun pergi ke rumah Oet bersama-sama, yang letaknya tak jauh dari sekolahan.

***

Oet segera muncul dari dalam rumah ketika mendengar suara memanggil dirinya di depan rumah. "Eh kalian, ayo masuk," sambut Oet begitu mengetahui yang datang adalah tiga sahabatnya.

Setelah mempersilakan ketiganya duduk di teras depan, Oet menawarkan ketiganya minuman. "Kalian mau minum apa?"

"Terserah tuan rumah aja," sahut Keina, "Syukur-syukur kalau dikasih sirup jeruk sama biskuit manis."

Zahra dan Gendis menyoraki temannya. Ya begitulah mereka, suka bercanda satu sama lain. Oet tersenyum mendengar keceriaan ketiganya. "Oke, tunggu ya disini, aku ambilin dulu yang kalian mau."

"Nggak usah didengerin omongan Keina, Oet," sahut Zahra, "Dia emang suka aji mumpung."

"Iya, nggak usah repot-repot," imbuh Gendis.

"Ah, nggak kok." Oet pun masuk ke dalam. Tak berapa lama kemudian, dia muncul bersama nampan berisi empat gelas sirup jeruk, satu teko isi ulangnya, dan sekaleng biskuit manis.

"Wah beneran dibawain," kata Keina menyambut kemunculan Oet. Dia segera membantu Oet untuk menghidangkan minuman segar dan makanan kecil di meja teras.

Tak butuh disuruh, ketiganya langsung memakan dan meminum apa yang tersaji di meja. Membuat Keina menyindir mereka, "Tadi katanya nggak usah repot-repot. Giliran udah ada baru kelihatan laparnya, hahaha." Semuanya tertawa.

"Wet, kamu kenapa sih hari ini nggak masuk? Kamu sakit? Kalau sakit, kok nggak ada surat atau pemberitahuan ke sekolahan?" Gendis bertanya pada Owet.

"Sebenernya nggak ada apa-apa guys. Aku tadi juga udah siap sekolah. Pas mau berangkat mendadak terjadi kehebohan," Owet bercerita, membuat ketiga makin penasaran mengenai kehebohan yang dimaksud Owet.

"Burung beo papah ilang!"

"Hah, ilang?" tanya Zahra, Gendis, Keina berbarengan, "Kok bisa ilang?"

"Nggak ada yang tahu gimana bisa ilangnya. Yang jelas semua orang rumah terpaksa ikut ngebantuin nyari, termasuk aku. Jadilah aku ngebolos sekolah hari ini."

"Pantesan. Nggak biasanya kamu bolos begini," kata Gendis, "Terus sekarang udah ketemu?"

"Belum. Papah lagi ke pasar sama Bang Zaki. Siapa tahu burung beonya dijual ama malingnya kesana."

"Eh, guys, tahu nggak, mendengar cerita Owet, insting detektifku langsung bekerja. Kita bantu cari burung beo itu kuy!" kata Keina seolah-olah mendapat inspirasi segar membantu Papahnya Owet mencari burungnya yang hilang.

"Cari dimana?" timpal Zahra, "Pak Daron, yang empunya aja nggak bisa menemukannya, apalagi kita. Inget kita ini masih kecil, masih SD!"

"Tauk ni Keina, ada-ada aja kalau mikir. Kebanyakan micin atau kebanyakan nonton film kartun?" Gendis mengimbuhi.

Owet tersenyum mendengar obrolan ketiga sahabatnya. Diantara mereka berempat, dirinya memang yang paling pendiam.

"Tunggu guys, aku banyak baca cerita-cerita detektif kalau yang harus dilakukan adalah memetakan masalah. Aku yakin, kalau di pasar tidak ada, berarti yang nyolong itu orang dekat."

"Sotoyyy!!!" Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak.

"Nggak guys. Aku nggak mengada-ngada. Sebelum lanjut, aku mau tanya sama Owet, dimana burung beo milik Papahmu dikandangkan dan siapa yang berada terakhir kali bersamanya?" Keina coba berbicara untuk meyakinkan teman-temannya.

Bersamaan dengan itu, Papahnya Owet, yang namanya Pak Daron pulang bersama Bang Zaki. "Assalamualaikum..." kata Pak Daron masuk ke dalam rumah.

Kompak keempatnya menjawab, "Walaikumsalam..."

"Gimana Pa, ketemu?" tanya Owet pada Papahnya.

"Nihil," sahut Pak Daron. Bang Zaki langsung masuk ke dalam. Ketika Pak Daron mau ikut masuk ke dalam, Owet menahannya dan bertanya, "Pah, sebelum ilang, emang burung beonya ditaro dimana dan terakhir siapa yang bersama burungnya?"

Pak Daron terdiam, mencoba mengingat. Kemudian dia mengatakan, "Kemarin sih Papah tarok di belakang, terus Papah keluar, sempet sih om Indra datang kesini mau minjem duit, terus karena Papah nggak megang duit cash ya Papa bilang mau ambil ke ATM dulu. Terus pas pulang kesini, udah nggak ada burungnya."

"Oke, fix, aku nyatain Om Indra sebagai tersangka utamanya," kata Keina.

"Lho tunggu dulu, kok kamu bisa yakin Indra pelakunya? Kamu jangan fitnah orang sembarangan, bisa kena UU ITE kamu."

"Kok UU ITE Pah, kena UU Pencemaran Nama baik yang bener," sahut Owet.

"Iyalah apaan deh itu namanya."

Gendis dan Zahra menyenggol tangan Keina, menyuruhnya berhenti sok tahu. Sialnya, Keina yang terlalu banyak baca cerita detektif Agatha Christie dan Sir Arthur Conan Doyle tidak mau berhenti. Dia malah berkoar, "Gini, Om. Sekarang Om Indra butuh duit, terus orang yang terakhir kali sama burung itu dia. Ya sudah pasti dia pelakunya."

"Tuduhan kamu nggak berdasar, tapi ada kemungkinan seperti itu. Saya coba cek dulu."

Karena penasaran, keempat sahabat itu mengikuti Pak Daron ke warung ayam bakar miliknya, karena Indra adalah karyawannya Pak Daron. Mereka sama-sama ingin membuktikan apakah teori yang Keina ajukan benar?

Baca disini >> Cerita Misteri Hilangnya Burung Beo Pak Daron (Part 2).
Tag : Cerpen Anak
0 Komentar untuk "Misteri Hilangnya Burung Beo Pak Daron (Part 1)"

Back To Top