Cerita rakyat Indonesia berjudul Dayang Bandir dan Sandean Raja ini berasal dari Sumatera Utara dengan cerita dua kakak beradik dari Kerajaan Timur didzalimi oleh pamannya. Sebelumnya, anda bisa membaca cerita rakyat Sumatera Utara pada kategori. Bagaimana kisah selanjutnya?
***
Di Kerajaan Timur Sumatera Utara, ada seorang putra mahkota yang bernama Sandean Raja. Ia mempunyai kakak perempuan bernama Dayang Bandir. Orangtua kedua anak ini meninggal saat mereka masih kecil. Oleh karena itu, untuk sementara, kerajaan dipimpin olehn paman mereka bernama Kareang.
Kareang sangat serakah. Ia ingin menjadi raja selamanya dan tidak ingin memberikannya kepada keponakannya. Untuk menjadi raja selamanya, ia harus memiliki benda-benda pusaka Kerajaan Timur. Benda itu disimpan oleh Dayang Bandir.
Dayang Bandir mengetahui niat buruk pamannya. Ia pun menyembunyikan pusaka itu.
Kareang sangat marah ketika mengetahui pusaka tersebut tidak ada di tempatnya. Ia mulai mengancam para keponakannya itu. Untunglah para pengawal sangat menyayangi Dayang Bandir dan Sandean Raja. Mereka menjaga kedua tuan mereka itu.
Suatu hari, Kareang mengajak kedua keponakannya berjalan-jalan ke hutan. Sikapnya sangat baik, sehingga kedua keponakannya itu tidak menaruh curiga sama sekali. Di tengah hutan, Kareang kembali memaksa Dayang Bandir memberi tahu letak pusaka-pusaka itu. Namun, Dayang Bandir tidak mau mengatakannya. Kareang sangat marah dan mengikat Dayang Bandir di atas pohon yang sangat tinggi.
Kareang meninggalkan kedua keponakannya itu tanpa bekal makanan.
Sandean Raja tak henti-hentinya menangis. Ia mencoba menyelamatkan kakaknya, tetapi tidak bisa. Ia pun luka-luka karena terjatuh dari pohon.
Akhirnya, Dayang Bandir meninggal dunia karena tidak makan dan minum. Sebelumnya, ia berpesan agar Sandean Raja menemui adik ibu mereka, yaitu Raja Sorma. Paman mereka itu adalah raja di Kerajaan Barat.
Sandean Raja berusaha bertahan hidup di hutan. Beberapa tahun kemudian, ia tumbuh menjadi pemuda gagah dan pemberani. Ia melaksanakan pesan kakaknya untuk menemui Raja Sorma.
Raja Sorma adalah seorang raja yang baik budi dan bijaksana. Ia tidak kejam seperti Kareang yang kita telah menjadi raja di Kerajaan Timur.
Semula, Raja Sorma tidak langsung percaya bahwa yang datang menemuinya itu adalah keponakannya. Ia memberi persyaratan kepada Sandean Raja. Pertama, ia harus memindahka sebatang pohon hidup di hutan ke dalam istana. Ujian yang kedua, ia harus menebas sebagian wilayah hutan untuk dijadikan ladang. Ketiga, Sandean Raja harus membangun sebuah istana besar yang disebut Rumah Bolon. Istana ini harus bisa selesai dalam tiga hari. Sandean Raja mampu melewati ujian yang diberikan oleh Raja Sorma.
Lalu, ujian terakhir, Sandean Raja harus menebak putri pamannya itu yang berada di antara puluhan gadis. Mereka ditempatkan di dalam ruangan yang sangat gelap.
Roh Dayang Bandir membantu adiknya itu. Sandean Raja mampu menunjuk putri Raja Sorma dengan benar.
Akhirnya, Raja Sorma menikahkan putrinya dengan Sandean Raja. Mereka hidup bahagia di Kerajaan Barat.
Suatu malam, Sandean Raja bermimpi. Dayang Bandir memintanya untuk memimpin Kerajaan Timur sesuai amanat ayah mereka. Lalu, Sandean Raja menyusun kekuatan untuk menyerang Kerajaan Timur. Ia memimpin sendiri serangan mendadak itu. Kerajaan Timur kalah. Kareang yang jahat tewas dalam peperangan itu. Seluruh rakyat Kerajaan Timur sangat bersukacita dengan kembalinya Sandean Raja. Ia memimpin Kerajaan Timur denga arif bijaksana seperti ayahnya dulu.
***
Pesan dalam cerita rakyat Indonesia ini adalah tanamkan kebaikan dalam diri kita kebaikan akan selalu membawa kebahagiaan.
Cerita rakyat Indonesia ini diambil dari buku 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara, Visimedia, 2010. Dikumpulkan dan diceritakan kembali oleh Marina Asril Reza.
***
Di Kerajaan Timur Sumatera Utara, ada seorang putra mahkota yang bernama Sandean Raja. Ia mempunyai kakak perempuan bernama Dayang Bandir. Orangtua kedua anak ini meninggal saat mereka masih kecil. Oleh karena itu, untuk sementara, kerajaan dipimpin olehn paman mereka bernama Kareang.
Kareang sangat serakah. Ia ingin menjadi raja selamanya dan tidak ingin memberikannya kepada keponakannya. Untuk menjadi raja selamanya, ia harus memiliki benda-benda pusaka Kerajaan Timur. Benda itu disimpan oleh Dayang Bandir.
Dayang Bandir mengetahui niat buruk pamannya. Ia pun menyembunyikan pusaka itu.
Kareang sangat marah ketika mengetahui pusaka tersebut tidak ada di tempatnya. Ia mulai mengancam para keponakannya itu. Untunglah para pengawal sangat menyayangi Dayang Bandir dan Sandean Raja. Mereka menjaga kedua tuan mereka itu.
Suatu hari, Kareang mengajak kedua keponakannya berjalan-jalan ke hutan. Sikapnya sangat baik, sehingga kedua keponakannya itu tidak menaruh curiga sama sekali. Di tengah hutan, Kareang kembali memaksa Dayang Bandir memberi tahu letak pusaka-pusaka itu. Namun, Dayang Bandir tidak mau mengatakannya. Kareang sangat marah dan mengikat Dayang Bandir di atas pohon yang sangat tinggi.
Kareang meninggalkan kedua keponakannya itu tanpa bekal makanan.
Sandean Raja tak henti-hentinya menangis. Ia mencoba menyelamatkan kakaknya, tetapi tidak bisa. Ia pun luka-luka karena terjatuh dari pohon.
Akhirnya, Dayang Bandir meninggal dunia karena tidak makan dan minum. Sebelumnya, ia berpesan agar Sandean Raja menemui adik ibu mereka, yaitu Raja Sorma. Paman mereka itu adalah raja di Kerajaan Barat.
Sandean Raja berusaha bertahan hidup di hutan. Beberapa tahun kemudian, ia tumbuh menjadi pemuda gagah dan pemberani. Ia melaksanakan pesan kakaknya untuk menemui Raja Sorma.
Raja Sorma adalah seorang raja yang baik budi dan bijaksana. Ia tidak kejam seperti Kareang yang kita telah menjadi raja di Kerajaan Timur.
Semula, Raja Sorma tidak langsung percaya bahwa yang datang menemuinya itu adalah keponakannya. Ia memberi persyaratan kepada Sandean Raja. Pertama, ia harus memindahka sebatang pohon hidup di hutan ke dalam istana. Ujian yang kedua, ia harus menebas sebagian wilayah hutan untuk dijadikan ladang. Ketiga, Sandean Raja harus membangun sebuah istana besar yang disebut Rumah Bolon. Istana ini harus bisa selesai dalam tiga hari. Sandean Raja mampu melewati ujian yang diberikan oleh Raja Sorma.
Lalu, ujian terakhir, Sandean Raja harus menebak putri pamannya itu yang berada di antara puluhan gadis. Mereka ditempatkan di dalam ruangan yang sangat gelap.
Roh Dayang Bandir membantu adiknya itu. Sandean Raja mampu menunjuk putri Raja Sorma dengan benar.
Akhirnya, Raja Sorma menikahkan putrinya dengan Sandean Raja. Mereka hidup bahagia di Kerajaan Barat.
Suatu malam, Sandean Raja bermimpi. Dayang Bandir memintanya untuk memimpin Kerajaan Timur sesuai amanat ayah mereka. Lalu, Sandean Raja menyusun kekuatan untuk menyerang Kerajaan Timur. Ia memimpin sendiri serangan mendadak itu. Kerajaan Timur kalah. Kareang yang jahat tewas dalam peperangan itu. Seluruh rakyat Kerajaan Timur sangat bersukacita dengan kembalinya Sandean Raja. Ia memimpin Kerajaan Timur denga arif bijaksana seperti ayahnya dulu.
***
Pesan dalam cerita rakyat Indonesia ini adalah tanamkan kebaikan dalam diri kita kebaikan akan selalu membawa kebahagiaan.
Cerita rakyat Indonesia ini diambil dari buku 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara, Visimedia, 2010. Dikumpulkan dan diceritakan kembali oleh Marina Asril Reza.
Tag :
Cerita Rakyat,
Sumatera Utara
0 Komentar untuk "Cerita Rakyat Indonesia #77: Dayang Bandir dan Sandean Raja"