Cerita Rakyat Indonesia #111: Untung Suropati

Dalam sejarah Indonesia, nama Untung Suropati memiliki tempat yang sedikit istimewa. Pada 3 November 1975, ia dinobatkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden No. 106/TK/1975. Sosoknya yang legendaris cukup banyak ditulis sebagai cerita rakyat, seperti di Babad Tanah Jawa, Van Slaaf Tot Vorst (ditulis Melati van Java atau Nivolina Maria Sloot tahun 1887), dan Surapati (ditulis Abdul Muis).

Data-data tentang Untung Suropati adalah ia lahir di Bali tahun 1660 dan wafat di Bangil, Jawa Timur 5 Desember 1706.

Cerita Rakyat Bali Untung Suropati

Cerita rakyat Indonesia yang berasal Babad Tanah Jawa, menyebutkan asal-usul Untung Suropati. Seorang perwira VOC yang ditugaskan di Makassar, bernama Kapten van Beber, menemukan seorang bocah laki-laki yang tidak diketahui namanya. Oleh Kapten van Beber, bocah laki-laki ini kemudian dijual kepada perwira VOC di Batavia yang bernama Moor. Sejak mempunyai budak baru, karier serta kekayaan Moor meningkat drastis. Karena itu, Moor memberi nama bocah laki-laki itu: Untung.

Walaupun, seorang budak tapi Untung laki-laki yang pintar—secara inteligensi dan secara fisik. Buktinya, saat usianya menginjak 20 tahun, ia berhasil memikat putri Moor yang bernama Suzane. Dikawinilah nona Belanda itu hingga menimbulkan kemurkaan Moor. Akibatnya Untung pun dijebloskan ke hotel prodeo. Berkat kepintarannya, Untung berhasil menghimpun kekuatan para tahanan untuk kemudian kabur dari bui. Sejak itu, ia pun menjadi buron.

***

Pada 1683, berdasarkan catatan sejarah Indonesia, Sultan Ageng Tirtayasa yang bertakhta sebagai Raja Banten berhasil dijungkal oleh VOC. Sementara ia sendiri ditangkap, putranya yaitu Pangeran Purbaya berhasil meloloskan diri ke Gunung Gede. Selang beberapa waktu berikutnya, Pangeran Purbaya menyatakan menyerah kepada VOC. Tapi, syarat yang diajukannya adalah ia hanya mau dijemput oleh perwira VOC berdarah Pribumi.

***

Sementara itu, Untung yang tengah menjadi buron berhasil ditemukan oleh kelompok Kapten Ruys (pemimpin Benteng Tanjungpura). Bukannya menangkap Untung, Kapten Ruys justru menawari Untung menjadi tentara VOC. Saat itu tidak ada pilihan bagi Untung selain menerimanya. Setelah itu, Untung pun dilatih ketentaraan, diberi pangkat letnan, dan selanjutnya ia ditugasi menjemput Pangeran Purbaya di Gunung Gede.

Oleh Untung, Pangeran Purbaya dibawa ke Tanjungpura. Ia memperlakukan sang pangeran dengan baik. Di saat seperti itu, Pasukan Vaandrig Kuffeler datang dan memperlakukan Pangeran Purbaya dengan kasar. Merasa sesama Pribumi, Untung tidak terima Pangeran Purbaya diperlakukan kasar. Maka, ia menghancur pasukan Kuffeler di Sungai Cikalong, 28 Januari 1684. Untung kini kembali menjadi buronan VOC.

Setelah menyerahkan Pangeran Purbaya ke Tanjungpura. Gusik Kusuma, istri Pangeran Purbaya, meminta tolong kepada Untung mengantarnya pulang ke Kartasura. Karena Untung buronan, VOC tidak tinggal diam. Mereka mengirim Pasukan Jacob Couper, yang kemudian dihancurkan oleh Untung di Desa Rajapalah.

***

Di tengah-tengah pelariannya, ketika melewati Cirebon, Untung bertengkar dengan Raden Suropati anak angkat sultan. Setelah diadili, yang terbukti bersalah adalah Suropati. Suropati pun dihukum mati. Sejak itu nama Suropati, diserahkan Sultan Cirebon kepada Untung.

***

Untung alias Suropati tiba di Kartasura mengantarkan Raden Ayu Gusik Kusuma pada ayahnya, yaitu Patih Nerangkusuma. Nerangkusuma adalah tokoh anti-VOC yang gencar mendesak Amangkurat II agar mengkhianati perjanjian dengan bangsa Belanda itu. Nerangkusuma juga menikahkan Gusik Kusuma dengan Suropati.

Kapten Francois Tack (perwira VOC senior yang punya andil dalam menumpas Trunajaya dan Sultan Ageng Tirtayasa) tiba di Kartasura bulan Februari 1686 untuk menangkap Untung Suropati. Amangkurat II yang telah dipengaruhi Nerangkusuma, pura-pura membantu VOC.

Pertempuran pun meletus di halaman keraton. Pasukan VOC hancur. Sebanyak 75 orang Belanda tewas. Kapten Tack sendiri tewas di tangan Untung Suropati. Tentara Belanda yang masih hidup menyelamatkan diri ke benteng mereka.

Amangkurat II takut pengkhianatannya terbongkar. Ia merestui Suropati dan Nerangkusuma merebut Pasuruan. Di kota itu, Suropati mengalahkan Bupati Anggajaya (Bupati Pasuruan), yang kemudian melarikan diri ke Surabaya. Bupati Surabaya bernama Adipati Jangrana tidak melakukan pembalasan karena ia sendiri sudah kenal dengan Suropati di Kartasura. Untung Suropati pun mengangkat diri menjadi Bupati Pasuruan bergelar Tumenggung Wiranegara.

Pada 1690, Amangkurat II pura-pura mengirim pasukan merebut Pasuruan. Tentu saja pasukan ini mengalami kegagalan, karena pertempurannya hanya bersifat sandiwara sebagai usaha mengelabui VOC. Sepeninggal Amangkurat II tahun 1703, terjadi perebutan takhta Kartasura antara Amangkurat III melawan Pangeran Puger. Pada 1704, Pangeran Puger mengangkat diri menjadi Pakubuwana I dengan dukungan VOC. Pada 1705, Amangkurat III diusir dari Kartasura dan berlindung ke Pasuruan.

Pada September 1706, gabungan pasukan VOC, Kartasura, Madura, dan Surabaya dipimpin Mayor Goovert Knole menyerbu Pasuruan. Pertempuran di Benteng Bangil akhirnya menewaskan Untung Suropati alias Wiranegara tanggal 17 Oktober 1706. Namun, ia berwasiat agar kematiannya dirahasiakan.

Makam Suropati pun dibuat rata dengan tanah. Perjuangan dilanjutkan putra-putranya dengan membawa tandu berisi Suropati palsu. Pada 18 Juni 1707, Herman de Wilde memimpin ekspedisi mengejar Amangkurat III. Ia menemukan makam Suropati yang segera dibongkarnya. Jenazah Suropati pun dibakar dan abunya dibuang ke laut.

Putra-putra Untung Suropati, antara lain Raden Pengantin, Raden Suropati, dan Raden Suradilaga memimpin pengikut ayah mereka (campuran orang Jawa dan Bali). Sebagian dari mereka ada yang tertangkap bersama Amangkurat III tahun 1708 dan ikut dibuang ke Srilangka.

Sebagian pengikut Untung Suropati bergabung dalam pemberontakan Arya Jayapuspita di Surabaya tahun 1717. Pemberontakan ini sebagai usaha balas dendam atas dihukum matinya Adipati Jayengrana yang terbukti diam-diam memihak Suropati dalam perang tahun 1706.

Setelah Jayapuspita kalah tahun 1718 dan mundur ke Mojokerto, pengikut Suropati masih setia mengikuti. Mereka semua kemudian bergabung dalam pemberontakan Pangeran Blitar menentang Amangkurat IV yang didukung VOC tahun 1719. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan tahun 1723. Putra-putra Untung Suropati dan para pengikutnya dibuang VOC ke Srilangka. []
0 Komentar untuk "Cerita Rakyat Indonesia #111: Untung Suropati"

Back To Top