Di Lampung pernah ada cerita rakyat yang cukup mengerikan tentang buaya perompak yang mempunyai harta yang sangat banyak di goanya. Dikisahkan, buaya ini hidup di Sungai Tulang Bawang.
Ia sedih akibat hidup sendirian tanpa seorang kawan - dalam artian pendamping hidup. Karena itu, ia menculik seorang anak perawan untuk dijadikan istri. Berhari-hari buaya perompak mengintai dibalik diamnya demi mengamati anak gadis.
Selang beberapa hari kemudian datanglah seorang anak gadis ke Sungai Tulang Bawang. Si buaya perompak bersiap. Ia meluncur dari bawah air mendekati si anak gadis, yang ternyata bernama Aminah. Ketika Aminah mendekati bibir sungai, buaya perompak segera menyambarnya kemudian dengan cepat membawanya pergi.
Sementara itu, penduduk sekitar Sungai Tulang Bawang gempar mengetahui ada warganya yang hilang. Mereka pun mencari ke segala penjuru, sayang tak ada tanda-tanda dari sosok Aminah. Pencarian diteruskan, namun tetap saja tak ada apapun.
Di sebuah goa, Aminah terbangun dari pingsannya. Sekelilingnya dipenuhi oleh harta yang terbuat dari emas, kuning menyala terkena sinar matahari. Ia menyipitkan matanya ketika melihat sesosok yang ternyata seekor buaya ada di depannya. (Baca kumpulan dongeng anak lainnya)
Segera Aminah mundur beberapa langkah. Tapi, buaya itu mengatakan sesuatu. "Janganlah takut hai gadis muda," kata si buaya.
Aminah masih terdiam, pucat, dan ketakutan.
"Jangan takut, sebenarnya aku juga berasal dari manusia. Sama seperti kamu. Aku jadi seperti ini karena dikutuk atas perbuatanku yang suka merompak dan mengambil harta benda orang lain. Aku menyimpan semuanya di dalam sini dengan masuk melalui jalan rahasia yang tembus ke desamu. Tak ada yang tahu jalan rahasia itu," si buaya menjelaskan panjang lebar tentang asal-usul dirinya.
"Apa yang kamu mau dariku?" Aminah bertanya langsung.
"Hahaha..." Buaya tertawa, "Aku ingin kamu jadi pendampingku. Istriku."
Aminah terkejut. Bagaimana bisa ia menikahi buaya? Suatu hal yang tak mungkin dilakukannya. Perlahan-lahan, ia mulai bisa mengingat kenapa bisa berada di dalam goa ini. Ia berpikir beberapa lama sebelum menjawab. "Baiklah," kata Aminah akhirnya. Tapi ia pura-pura supaya pada waktu yang tepat ia bisa pulang meloloskan diri.
Dan waktu buaya tertidur pulas, Aminah pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia segera meloloskan diri melalui jalan rahasia itu sehingga sampai di desanya. Ia menceritakan semuanya pada orang-orang desa, dan mereka semua menutup jalan rahasia ke goa si buaya. Buaya perompak itu pun kembali hidup sendirian dan kesepian.
Pesan dari cerita rakyat Indonesia adalah "harta belum tentu menjamin kebahagiaan, terlebih ditambah perilaku yang tidak baik. Perilaku baik bisa mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan."
Ia sedih akibat hidup sendirian tanpa seorang kawan - dalam artian pendamping hidup. Karena itu, ia menculik seorang anak perawan untuk dijadikan istri. Berhari-hari buaya perompak mengintai dibalik diamnya demi mengamati anak gadis.
Selang beberapa hari kemudian datanglah seorang anak gadis ke Sungai Tulang Bawang. Si buaya perompak bersiap. Ia meluncur dari bawah air mendekati si anak gadis, yang ternyata bernama Aminah. Ketika Aminah mendekati bibir sungai, buaya perompak segera menyambarnya kemudian dengan cepat membawanya pergi.
Sementara itu, penduduk sekitar Sungai Tulang Bawang gempar mengetahui ada warganya yang hilang. Mereka pun mencari ke segala penjuru, sayang tak ada tanda-tanda dari sosok Aminah. Pencarian diteruskan, namun tetap saja tak ada apapun.
Di sebuah goa, Aminah terbangun dari pingsannya. Sekelilingnya dipenuhi oleh harta yang terbuat dari emas, kuning menyala terkena sinar matahari. Ia menyipitkan matanya ketika melihat sesosok yang ternyata seekor buaya ada di depannya. (Baca kumpulan dongeng anak lainnya)
Segera Aminah mundur beberapa langkah. Tapi, buaya itu mengatakan sesuatu. "Janganlah takut hai gadis muda," kata si buaya.
Aminah masih terdiam, pucat, dan ketakutan.
"Jangan takut, sebenarnya aku juga berasal dari manusia. Sama seperti kamu. Aku jadi seperti ini karena dikutuk atas perbuatanku yang suka merompak dan mengambil harta benda orang lain. Aku menyimpan semuanya di dalam sini dengan masuk melalui jalan rahasia yang tembus ke desamu. Tak ada yang tahu jalan rahasia itu," si buaya menjelaskan panjang lebar tentang asal-usul dirinya.
"Apa yang kamu mau dariku?" Aminah bertanya langsung.
"Hahaha..." Buaya tertawa, "Aku ingin kamu jadi pendampingku. Istriku."
Aminah terkejut. Bagaimana bisa ia menikahi buaya? Suatu hal yang tak mungkin dilakukannya. Perlahan-lahan, ia mulai bisa mengingat kenapa bisa berada di dalam goa ini. Ia berpikir beberapa lama sebelum menjawab. "Baiklah," kata Aminah akhirnya. Tapi ia pura-pura supaya pada waktu yang tepat ia bisa pulang meloloskan diri.
Dan waktu buaya tertidur pulas, Aminah pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia segera meloloskan diri melalui jalan rahasia itu sehingga sampai di desanya. Ia menceritakan semuanya pada orang-orang desa, dan mereka semua menutup jalan rahasia ke goa si buaya. Buaya perompak itu pun kembali hidup sendirian dan kesepian.
Pesan dari cerita rakyat Indonesia adalah "harta belum tentu menjamin kebahagiaan, terlebih ditambah perilaku yang tidak baik. Perilaku baik bisa mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan."
Tag :
Cerita Rakyat,
Lampung
0 Komentar untuk "Cerita Rakyat Indonesia #138: Buaya Perompak Menculik Aminah"